BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Olimpiade Paris 2024 telah selesai, dua legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat dan Liliyana Natsir, yang tergabung dalam Tim Ad Hoc PBSI sudah mengalihkan fokus pada persiapan jangka panjang menuju Olimpiade Los Angeles 2028.
Dengan dibubarkannya Tim Ad Hoc PBSI setelah Paris 2024, kedua mantan atlet ini menekankan pentingnya membangun kembali struktur yang sama sedini mungkin untuk meraih sukses di masa depan.
Kegagalan tim bulu tangkis Indonesia di Paris 2024 untuk membawa pulang medali emas memang mengecewakan, namun bagi Taufik dan Liliyana, fokus harus segera dialihkan ke target berikutnya.
Kegagalan ini tidak boleh menjadi alasan untuk meratapi nasib, tetapi harus menjadi pelajaran penting bagi PBSI dalam menyiapkan atlet-atletnya untuk ajang Olimpiade selanjutnya.
Taufik Hidayat, peraih emas Olimpiade Athena 2004, mengtakan keberhasilan tidak datang secara instan.
Dibutuhkan proses yang panjang dan strategi jangka panjang yang matang untuk menciptakan atlet-atlet yang mampu bersaing di level tertinggi.
Ia menyarankan PBSI untuk segera membentuk Tim Ad Hoc yang baru agar persiapan menuju Los Angeles 2028 bisa dimulai sedini mungkin.
“Saya menilai bahwa persiapan Olimpiade itu tidak bisa instan. Ini butuh perjalanan panjang, mulai dari membuat timeline jangka pendek, menengah, dan panjang, dengan tujuan utama di Olimpiade,” jelas Taufik, melansir Antara, Sabtu (17/8/2024).
Salah satu aspek yang paling krusial dalam persiapan menuju Olimpiade adalah regenerasi atlet.
Setelah Paris 2024, banyak pemain senior yang mungkin mulai menurun performanya atau memutuskan untuk pensiun, sehingga PBSI harus segera mencari pengganti yang siap bertarung di panggung internasional.
Liliyana Natsir, yang meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 dan perak di Beijing 2008, juga sepakat bahwa regenerasi ini harus dipersiapkan dengan baik.
Menurutnya, sekarang adalah saat yang tepat untuk mengidentifikasi atlet-atlet muda yang memiliki potensi besar untuk mewakili Indonesia di Olimpiade Los Angeles 2028.
“Kita sudah bisa melihat siapa yang berpotensi untuk di-plot sebagai calon andalan di Olimpiade 2028. Persiapan panjang dan matang harus dilakukan, karena Olimpiade adalah ajang yang sangat spesial dan penuh tekanan,” ujar Liliyana.
Bulu tangkis selalu menjadi tumpuan Indonesia di Olimpiade, dan dengan munculnya cabang-cabang olahraga lain seperti angkat besi dan panjat tebing yang juga mampu menyumbang medali emas, tantangan bagi PBSI semakin besar.
Ekspektasi publik terhadap prestasi bulu tangkis Indonesia akan semakin tinggi, dan hal ini memerlukan strategi pembinaan yang terstruktur dan jangka panjang.
Taufik dan Liliyana juga menyoroti aspek mental para pemain yang sering menjadi faktor penentu di ajang sekelas Olimpiade.
Menurut Taufik, meskipun persiapan fisik dan teknis sudah dilakukan dengan baik oleh Tim Ad Hoc, hasil akhir di lapangan sangat bergantung pada bagaimana para atlet menghadapi tekanan dan ekspektasi.
Taufik menegaskan bahwa PBSI dan tim pelatih telah memberikan segala dukungan yang dibutuhkan atlet, mulai dari pelatihan, strategi, hingga asupan nutrisi. Namun, pada akhirnya, performa di lapangan ada di tangan pemain itu sendiri.
“Persiapan dari 1 hingga 9 sudah disiapkan, tapi yang ke-10, yaitu hasil di lapangan, itu tergantung pada pemainnya,” tegas Taufik.
Liliyana pun memahami bahwa tekanan yang dihadapi atlet muda, terutama yang melakukan debut di Olimpiade, bisa sangat besar.
BACA JUGA: Bonus Medali Emas Olimpiade Paris Langsung Cair! Veddriq dan Rizki Mau Gunakan untuk Ini
Ia mencontohkan pasangan ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy dan Pitha Haningtyas Mentari, yang menjalani Olimpiade pertama mereka di Paris 2024.
Menurutnya, atmosfer Olimpiade yang luar biasa tegang adalah ujian yang harus mereka hadapi dengan pengalaman.
“Debut di Olimpiade pasti membuat tegang, dan itu wajar. Hasilnya memang tidak memuaskan, tapi kita tidak bisa menyalahkan siapa pun. Mereka pasti juga kecewa,” ujar Liliyana.
Bagi Taufik dan Liliyana, langkah maju adalah kunci untuk menghadapi tantangan ke depan.
PBSI harus segera bergerak membentuk kembali Tim Ad Hoc dan mulai mempersiapkan para atletnya dengan strategi jangka panjang.
Regenerasi atlet, pembinaan mental, dan pengembangan fisik menjadi tiga pilar utama yang harus diperkuat.
Dengan persiapan yang matang dan waktu empat tahun ke depan, Indonesia diharapkan mampu mengembalikan kejayaan bulu tangkis di Olimpiade Los Angeles 2028.
(Budis)