BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Sejak lama Bandung sudah dikenal sebagai kota fesyen di Indonesia. Bahkan, kota ini mendapatkan julukan ‘Paris Van Java’ alias Paris yang berada di Pulau Jawa.
Dengan julukan itu, fesyen di Kota Bandung terus mengalami perkembangan pesat. Hal tersebut terlihat dari berjejernya toko-toko fesyen di sejumlah jalan di tengah pusat kota.
Seiring perkembangan zaman, para pelaku fesyen di Kota Bandung pun mulai beradaptasi dengan teknologi. Mereka menjajakan produk fesyennya melalui pasar digital atau e-commerce, termasuk clothing brand pendatang baru.
Seperti yang dilakukan Strainwaves, brand topi yang baru berdiri pada Maret 2024 kemarin. Belum setahun meluncur di industri clothing, Strainwaves sudah memiliki lebih dari 65 artikel.
Hingga kini Strainwaves sedikitnya ada tujuh jenis topi atau cap, diantaranya snapback, trucker, 5 panel, 6 panel, klasik, polo caps, 7 panel. Dari awal brand ini langsung memanfaatkan kedigdayaan e-commerce dalam menjangkau banyak konsumen.
“Saya merintis Strainwaves hanya berdua bersama rekan. Kebetulan teman saya sudah lama berkecimpung di dunia digital marketing,” kata Owner Strainwaves Ripqi Rosihul Ilmi, Kamis (23/1/2025).
Seiring perubahan perilaku masyarakat dalam hal fesyen, tantangannya Strainwaves harus bisa mengikuti gaya anak muda saat ini. “Cuma untuk mengembangkan brand memang banyak tantangannya untuk di digital tentu kuncinya di iklan dan entertain,” katanya.
Selain berinovasi mengeluarkan produk-produk yang sesuai dengan gaya fesyen anak muda sekarang, Strainwaves juga berkomitmen membuat produk yang berkualitas. Bahkan bahan baku yang digunakan hampir semuanya impor.
“Bahan baku impor semua. Visor dari Korea. Kancing juga impor,” imbuh Ripqi.
Ia menyampaikan, sebagai brand clothing baru sangat terbantu dengan digitalisasi. Melalui e-commerce, Strainwaves bisa menjangkau lebih dari 30.000 pengunjung.
“Kalau di online satu jenis e-commerce aja di database kunjungan tiap bulannya mencapai 21.000 sampai 30.000 lebih. Jangkauannya bisa ke luar negara. Bayangkan kalau offline itu jangkauannya pun maksimal kota Bandung saja. Itu pun pasti kalah sama e-commerce,” ujar dia.
BACA JUGA: Dukung Program UMKM BISA Ekspor, Kemendag Gandeng Google Indonesia
Meskipun masih merintis, Ripqi optimis produknya bisa bertahan lama dan berkembang melalui e-commerce.
“Saya optimis melalu aplikasi produk saya bisa berkembang. Kedepannya harapan saya juga bisa mengembangkan produk ke t-shirt, celana dan lainnya, jadi bukan hanya topi,”. tandasnya.
(Tri/Usk)