BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ketua Umum Viking Persib Club, Tobias Ginanjar tak setuju dengan adanya pendekatan pidana terhadap pelaku perusakan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung. Tobias Ginanjar menilai seharusnya ada pendekatan lain agar pelaku mendapat efek jera.
Peristiwa ini terjadi selepas Persib merayakan gelar juara. Bobotoh mulai berhamburan masuk ke lapangan setelah peluit panjang dibunyikan dan merayakan gelar tersebut. Namun ada beberapa dari mereka yang mengambil rumput untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.
Perilaku itu langsung menuai sorotan. Tobias menilai kultur ini memang wajar terjadi di sepak bola Eropa, seperti halnya suporter Hamburger SV yang merayakan promosi ke Bundesliga dengan cara mengambil rumput lapangan Volksparkstadion.
Baca Juga:
Nasibnya Bersama Persib Masih Abu-Abu, Mateo Kocijan: Saya Tidak Mau Memikirkan Terlalu Jauh
Kakang Rudianto Bahagia Usai Bawa Persib Juara Kemudian Taklukkan Manchester United
Namun kultur ini memang belum bisa diterima di sepak bola Indonesia. Sebab dari peristiwa itu ada banyak pergunjingan hingga menyebabkan banyak pihak marah. Apalagi Stadion GBLA dinilai banyak pihak sangatlah sakral karena sudah menjadi identitas semangat sepak bola warga Jawa Barat.
“Kejadian kemarin bahwa sebeneranya, di sepkbola bukan hal yang pertama terjadi, bahkan baru-baru ini di Hamburg, Jerman sepert itu. Mungkin secara kultur di indonesia mungkin belm bisa menerima, jad kejadian kemarin banyak pergunjingan, banyak yang marah, saya sepakat memang kultur seperti itu belum siap,” tegas pria yang akrab disapa Tobi itu.
Tobi juga melanjutkan, VPC memang tidak membenarkan adanya perusakan Stadion GBLA oleh pihak manapun. Akan tetapi yang harus menjadi catatan ialah cara pendekatan agar memberi efek jera kepada para pelaku. VPC tak sepakat jika adanya pendekatan pidana dalam peristiwa ini.
“Kita di Vikng tidak membenarkan adanya perusakan sarana di GBLA, GBLA adalah stadion kebanggaan kita semua, harus kita jaga sama-sama. Tapi jika penyelasaiannya dilakukan secara pendekatan pidana, kita Viking kurang sepakat, karena menurut kita itu tidak tepat,” jelasnya.
Terlebih lagi, tidak semua penyelasaian itu bisa selesai dengan pidana. Justru kata Tobi, ada banyak kejadian kalau tindak pidana tidak memberi efek jera. Bahkan ada beberapa situasi para pelaku pidana kembali ditahan dengan pelanggaran serupa.
“Dengan adanya sanksi sosial seperti ini sudah dibuat dsb itu sudah menjadi pelajaran yamg cukup buat pelaku jera, dan mungkin ada penyelasain lain misal dengan cara ganti rugi apa yang dialakukan dia ganti sesuai dengan apa yang dia rusak. Tapi tidak dengan pidana.” tutup Tobi. (RF/Usk)