BANDUNG,TM.ID: Ketegangan antara Palestina dan Israel telah menghadirkan sorotan dunia pada Masjid Al Aqsa.
Sebagai pusat konflik geopolitik, seringkali kita terlalu fokus pada ketegangan politik, lupa akan keindahan sejarah yang diusung oleh tempat suci ini.
Dalam artikel ini, mari kita menggali lebih dalam dan menjelajahi kekayaan sejarah Masjid Al Aqsa. Dari tempat suci Nabi Muhammad SAW hingga kontribusi unik Indonesia, mari kita ketahui warisan kemanusiaan yang tersembunyi di balik berita-berita politik.
Tempat Suci dan Sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Masjid Al-Aqsa, terletak di Yerusalem Timur, menjadi fokus utama konflik antara Palestina dan Israel. Namun, di balik ketegangan politik masjid ini mengusung sejarah yang kaya. Selain itu juga menjadi tempat peristirahatan Nabi Muhammad SAW saat Isra Mi’raj. Pada perjalanan spiritual ini, tempat suci ini bukan hanya tempat singgah, tetapi pijakan penting dalam sejarah Islam.
Kubah Pertama di Dunia Islam
Ketika kita berbicara tentang keindahan arsitektur Islam, kita tidak dapat mengabaikan Dome of the Rock di Masjid Al-Aqsa.
Kubah ini, dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah, tercatat sebagai kubah pertama di dunia Islam.
Awalnya berbahan kayu dengan lapisan keramik, kubah ini kemudian mengalami perbaikan pada masa kekuasaan Turki Utsmani, menambah kemegahan dengan lapisan marmer.
BACA JUGA: 3 Lagu Pembelaan Palestina, We Will Not Go Down Salah Satunya!
Ketahanan
Seiring dengan berjalannya waktu, masjid ini tidak hanya menyaksikan sejarah, tetapi juga mengalami peristiwa tragis.
Invasi dan peperangan beberapa kali membuat masjid ini hancur, termasuk gempa bumi pada abad ke-7. Bahkan, pada tahun 1976, selama pendudukan Israel, kompleksnya mengalami kerusakan tak terhindarkan.
Kontribusi Indonesia
Pada tahun 1969, mengalami kebakaran yang merusak mimbar Nurudin Zanki atau yang terkenal sebagai mimbar Shahlahuddin.
Namun, solidaritas dari Indonesia muncul ketika Raja Yordania, Abdullah bin Husein II, memimpin pembuatan replika mimbar tersebut.
Tiga dari lima pengrajin mimbar berasal dari Jepara, Indonesia, menandakan dukungan kuat terhadap perjuangan Palestina.
Pada masa kependudukan Romawi kompleks ini menjadi tempat pembuangan sampah dan umat Yahudi tidak boleh tinggal di kota tersebut.
Namun, setelah pembebasan oleh Umar bin Khatab, tempat ini mengalami transformasi signifikan. Umar secara pribadi membersihkan sampah dan memperbolehkan kembali umat Yahudi ke Yerusalem setelah berabad-abad diasingkan.
(Kaje/Aak)