JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) justru mengaku tidak pernah mengalami hambatan gangguan ormas dalam investasi pembangunan fasilitas industrinya di Indonesia, seiring kasus yang belakangan terjadi.
Mereka juga memberikan tips, agar terbebas dari gangguan premanisme tersebut guna tetap berjalan kondusif.
“Alhamdulillah kami lancar, karena sebetulnya ini adalah koordinasi pada saat kami melakukan aktivitas, baik itu dalam membangun pabrik atau showroom,” ujar Deputy Managing Director PT SIS Donny Saputra , dalam keterangannya di Karawang, Jawa Barat,Kamis (24/04/2025).
Pabrikan jepang itu menekankan, komunikasi dan koordinasi sejak awal bagian yang utama. Menurut Donny, strategi tersebut tidak hanya melibatkan internal perusahaan, tetapi juga menggandeng pemerintah daerah (Pemda) setempat untuk menjaga keamanan dan kenyamanan wilayah industri.
Selain itu, Suzuki juga aktif memberikan dampak positif secara langsung bagi masyarakat sekitar. Perusahaan berusaha menciptakan hubungan yang harmonis dengan warga lokal melalui berbagai inisiatif sosial dan ekonomi, sehingga kehadiran pabrik tidak hanya dilihat sebagai investasi asing, tetapi juga sebagai sumber manfaat bagi komunitas.
BACA JUGA:
Pabrik BYD di Subang Didatangi Ormas, Minta Japrem?Vinfast Bangun Pabrik Mobil Listrik di Subang, Buka Peluang Lapangan Kerja
Diketahui sebelumnya, PT BYD Motor Indonesia yang berniat berinvestasi dengan membangun pabrik mobil listrik, mendapatkan gangguan dari massa yang mengaku sebgai ormas di Subang, Jawa Barat.
Hal ini diungkap oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, melalui akun Instagram resminya. Politikus dari Fraksi PAN itu mendesak, agar pemerintah untuk bertindak tegas terhadap gangguan-gangguan yang bisa berpotensi mennghambat investasi.
“Sempat ada permasalahan terkait premanisme, ormas yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Saya kira itu harus tegas. Pemerintah perlu tegas untuk kemudian menangani permasalahan ini,” ujar Eddy, dikutip Senin (21/05/2025).
Lebih lanjut, Eddy menekankan, keamanan menjadi syarat paling mendasar dalam menciptakan iklim investasi kondusif di tanah air.
“Jangan sampai kemudian investor datang ke Indonesia dan merasa kemudian tidak mendapatkan jaminan keamanan. Jaminan keamanan itu adalah hal yang paling mendasar bagi investasi untuk masuk ke Indonesia,” tambahnya.
Pabrik yang disatroni oleh ormas ini, menjadi langkah strategis BYD bernilai US$1 miliar atau sekitar Rp16 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS).
Fasilitas produksi ini, dapat menembus produksi 150.000 unit per tahun, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia sekaligus General Manager BYD Asia Pacific, Eagle Zhao.
(Saepul)