QRIS Perkuat Ekonomi, Politisi Demokrat Sebut AS Tidak Bisa Ikut Campur

Penulis: Budi

QRIS Tidak Lagi Gratis Ini Alasannya 10-7-2023
(Gambar )
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

JAKARTA,TEROPONGMEDIA.ID – Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon menyikapi intervensi Amerika Serikat terhadap sistem pembayaran nasional atau populer QRIS ( Responde Code Indonesian Standard).

AS menilai arah kebijakan sistem pembayaran dan pengembangan QRIS menunjukkan kecenderungan protektif dan semakin tertutup terhadap pelaku usaha global.

Jansen menyampaikan pentingnya menjaga dan mempertahankan QRIS sebagai bagian dari kedaulatan ekonomi nasional.

Dia menilai transaksi domestik adalah urusan internal Indonesia yang tak pantas dicampuri pihak asing.

“Jadi tidak pantas negara lain ikut campur,” kata Jansen dikutip melalui akun X miliknya, Selasa (22/4/2025).

Jansen menjelaskan QRIS yang saat ini telah menjangkau hingga ke pelosok kabupaten, harus dipertahankan sebagai tulang punggung sistem transaksi nontunai nasional.

Menurut dia, keberadaan QRIS sangat vital, khususnya bagi sektor ritel,UMKM, dan Transaksi harian bernilai kecil hingga menengah.

Dia mengungkapkan sistem ini menjadi penopang utama konsumsi masyarakat,yang sekaligus menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

“Soal ini diganggu bisa roboh kita,” ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan dat Bank Indonesia, hingga Oktober 2024 terdapat 54,1 juta pengguna QRIS dengan 34,7 juta merchant, Mayoritas adalah pelaku UMKM.

BACA JUGA:

QRIS Dapat Sorotan AS, Netizen Indonesia Balik Serukan Kedaulatan Digital

Sepanjang 2023,volume transaksi QRIS mencapai 1,7 miliar transaksi dengan nilai Rp 204,8 triliun.Tren ini menunjukkan peningkatan yang konsisten dan menjanjikan.

” Jadi mari kita jaga dan pertahankan kedaulatan transaksi dan ekonomi dalam negeri kita dengan mempertahankan QRIS ini,” bebernya.

Amerika Serikat (AS) mengkritik kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait sistem pembayaran berbasis QR nasional atau QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard).

Diketahui kritik ini dimuat dalam laporan tahunan 2015 National Trade Estimate (NTE) yang dirilis oleh Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR).

Dalam laporan tersebut, AS menyoroti kurangnya keterlibatan pihak internasional, khususnya pelaku usaha asal Paman Sam, dalam proses penyusunan kebijakan QRIS.

(Agus/Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Screenshot_20250617_223359_Gallery
Kolaborasi Seskoad dan Pemkot Bandung Wujudkan Zona Bebas Sampah
Energi Hijau
Indonesia Teken 3 MoU dengan Singapura, Perkuat Kolaborasi Energi Hijau
wamentan komisaris pupuk indonesia
Wamentan Diangkat Jadi Komisaris Utama Pupuk Indonesia
korupsi ekspor CPO
Kasus Korupsi Ekspor CPO, Kejagung Sita Rp11,8 T dari Wilmar Group
pesawat saudia airlines
Saudia Airlines Dapat Teror Bom, Menko Polkam Minta TNI-Polri Usut
Berita Lainnya

1

Komunikasi Visual di Era Digital: Klinik Permata Jati Garut Perkuat Peran Media Sosial Lewat Program PKM UNIBI

2

Ketangguhan Zarco Tak Bisa Tutupi Luka Honda, Aleix Espargaro Buka-bukaan Masalah RC213V

3

Pattern Recognition dalam Psikologi Kognitif: Mekanisme, Fungsi, dan Faktor yang Mempengaruhinya

4

Jangan Kaget! Peredaran Batu Bara China di Indonesia Makin Meluas

5

Rumah Subsidi 18 Meter Persegi Dinilai Bukan Standar Manusia
Headline
Meletus Erupsi Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki - Dok PVMBG
Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Dahsyat! Semburkan Abu Vulkanik 10.000 Meter
sengketa 4 pulau-1
Prabowo Resmi Putuskan Kembalikan 4 Pulau ke Aceh
rumah subsidi 18 meter persegi
Rumah Subsidi 18 Meter Persegi Dinilai Bukan Standar Manusia
Trump Umumkan Tarif Impor Baru, Indonesia Kena 32 Persen
Kecewa Pada Apple, Donald Trump Luncurkan Smartphone T1

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.