BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah Kabupaten (pemkab) Garut, Jawa Barat, mendukung penerapan metode Geothermal Dry sebagai inovasi pemanfaatan energi panas bumi di kawasan Kamojang. Teknologi ini digunakan untuk mempercepat proses pengeringan buah kopi sehingga petani memperoleh keuntungan lebih besar karena dapat menghemat biaya produksi sekaligus waktu.
“Dengan adanya Geothermal Dry ini pertama itu bisa membantu mempercepat proses pengeringan biji kopi,” kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan pada Dinas Pertanian Kabupaten Garut Ardhy Firdian di Garut, Jumat (12/9/2025).
Ia menjelaskan pembangunan Geothermal Dry yang dikembangkan PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang memanfaatkan panas bumi dengan suhu yang dapat dikendalikan sehingga mempermudah proses pengeringan buah kopi.
Menurutnya, sebagian kelompok tani kopi di Garut sudah mulai menggunakan fasilitas Geothermal Dry di Kamojang, dan hasilnya memiliki kualitas yang hampir sama dengan pengeringan menggunakan sinar matahari.
Ia menambahkan, dibandingkan dengan penjemuran tradisional di bawah matahari, metode pengeringan dengan geothermal jauh lebih cepat sehingga mampu menekan biaya produksi petani.
“Dengan cara geothermal ini menurunkan biaya produksi, dan lebih cepat karena bisa digunakan sepanjang waktu, tidak kenal cuaca hujan,” katanya.
Ia mengatakan proses pengeringan buah kopi dengan cara dijemur bisa menghabiskan waktu paling cepat saat kondisi cuaca cerah sekitar satu sampai dua pekan, apabila cuacanya mendung atau hujan bisa lebih lama lagi, sebaliknya dengan memanfaatkan panas bumi bisa empat hari.
Keuntungan lain bagi petani kopi, lanjut dia, bisa lebih cepat dalam penyediaan barang ketika ada permintaan pasar dengan jumlah yang besar, dan juga bisa menjaga kualitas kopi karena langsung dilakukan proses pengeringan, tidak dibiarkan lama yang bisa menyebabkan jamur.
“Dengan pengeringan menjadi green bean nilai jualnya juga akan tinggi, dan bisa disimpan lebih lama, tidak busuk atau jamur,” katanya.
Pelaku usaha kopi asal Kampung Legok Pulus, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Garut, Ahmad Nur Fathurodin menjelaskan Geothermal Dry House yang dibangun bersama kelompok tani kopi dan PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang ditujukan untuk mempermudah pengeringan buah kopi tanpa harus mengandalkan sinar matahari.
Menurutnya, setelah panen, buah kopi tidak lagi dijemur secara tradisional menunggu cuaca cerah, melainkan langsung diproses di Geothermal Dry House dengan waktu pengeringan sekitar empat hingga tujuh hari.
Baca Juga:
Gitaris Koil Larang Fans Putar Lagu Kolaborasinya dengan Ahmad Dhani
Warga Jaga Warga, Kota Bandung Kuat: Erwin Dorong Forum RW Jadi Garda Terdepan
“Waktu pengeringannya bisa lebih singkat hingga separuhnya, sementara dari segi biaya produksi juga lebih efisien karena membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit dibanding penjemuran biasa,” ujarnya.
Ia menambahkan, Geothermal Dry House saat ini masih dalam tahap pengembangan dengan kapasitas yang baru mampu menampung 6 hingga 8 ton buah kopi.
“Teknologi Geothermal Dry ini diklaim sebagai satu-satunya di dunia dengan hasil mutu kopi yang tetap terjaga,” katanya.
(Virdiya/Budis)