BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di balik gemuruh mesin dan kecepatan luar biasa di lintasan MotoGP, tersimpan dinamika personal yang jauh lebih rumit.
Salah satunya, hubungan panas-dingin antara Franco Morbidelli dan Aleix Espargaró yang kembali memanas di Silverstone.
Tapi ini bukan sekadar soal tabrakan di tikungan atau manuver agresif. Ini adalah kisah rivalitas emosional yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan tak kunjung reda.
Morbidelli, dengan wajah marah yang tak bisa disembunyikan meski lewat kaca mata gelapnya, berjalan pincang menjauh dari insiden MotoGP Inggris.
Cedera yang dialaminya akibat tabrakan menjadi luka baru tapi bukan yang pertama dalam hubungan tegang dengan Espargaró.
“Dia bukan lawan biasa. Saya baik-baik saja dengannya, tapi dia tidak pernah benar-benar baik-baik saja dengan saya,” ungkapnya.
Ini bukan hanya tentang balapan. Ada semacam ketidakcocokan personal yang tampaknya telah lama membara. Bukan jenis permusuhan yang meledak-ledak, tapi dingin, pasif-agresif, dan membuat setiap pertemuan di lintasan terasa seperti duel yang punya cerita di baliknya.
Espargaró pun tidak tinggal diam. Dalam gaya khasnya yang blak-blakan dan sarkastis, ia membalas lewat media sosial.
“Ya kawan, saya sengaja jatuh supaya motor saya menabrakmu karena saya terobsesi denganmu,” tulis Espargaro.
Sebuah pernyataan yang bisa terbaca sebagai bentuk pembelaan, atau malah sindiran pahit yang menyiram bensin ke bara api.
Kembali ke 2020, Misano jadi saksi momen saat Morbidelli merasa Espargaró “mengambil sesuatu yang besar darinya”, poin penting dalam perebutan gelar yang hilang karena satu insiden.
Luka itu tidak sembuh. Dan ketika dua pembalap senior terus bertemu di trek yang sama, masa lalu seperti terus menguntit dari balik visor helm mereka.
Kini, Morbidelli harus beristirahat karena cedera. Tapi lebih dari sekadar pemulihan fisik, ini juga mungkin waktu yang memberinya ruang untuk memikirkan kembali apa yang sebenarnya sedang ia lawan, musuh di luar, atau hantu kecil di dalam dirinya sendiri yang belum berdamai dengan masa lalu?
(Budis)