BANDUNG,TM.ID: Gunung Manglayang yang menjulang di kawasan timur Bandung Raya, Jawa Barat menyimpan sejumlah cerita mitos, di antaranya misteri Batu Kursi dan Batu Lawang.
Gunung Manglayang terbentuk dari letusan besar gunung Sunda Purba sekitar 3 juta tahun yang lalu. Gejala alam ini menjadikan Gunung Manglayang sebagai salah satu bukti kejadian geologis penting di wilayah tersebut.
Bersama dengan gunung-guung lainnya seperti Tangkuban Perahu, Bukit Tunggul, dan gunung Burangrang, Gunung Manglayang menjadi bagian yang memikat para pendaki dan pencinta alam.
Salah satu daya tarik gunung Manglayang adalah keberadaan batu kuda dan batu kursi. Mitos yang berkembang menceritakan tentang Prabu Layang Kusuma atau Eyang Prabu.
Eyang Prabu ini mengalami putus asa ketika kudanya terjebak di lereng gunung, yang kemudian berubah wujud menjadi batu kursi.
Masyarakat memaknai batu kursi ini sebagai simbol tempat Prabu Layang Kusuma menunggu sang kuda.
Tempat yang sering menjadi ritual di Gunung Manglayang
Selain batu kuda dan batu kursi, Gunung Manglayang juga menyimpan keunikan dalam bentuk batu Lawang, dua batu kembar yang menyerupai gerbang.
Di antara kedua batu tersebut, seringkali mengadakan ritual oleh para pengunjung yang ingin mengharapkan keuntungan atau keinginan khusus.
Namun, tidak sembarang orang bisa melaksanakan ritual tersebut harus memiliki izin dari kuncen dan roh penunggu batu lawang terlebih dahulu.
Dahulu, masyarakat setempat memegang kepercayaan bahwa pada hari Senin dan Kamis, ada larangan memasuki kawasan Gunung Manglayang. Pendakian hanya diperbolehkan, tetapi hanya dalam jumlah ganjil.
Ritual ‘keakuran’ yang melibatkan 44 sesepuh Jawa Barat dilakukan untuk meminta kesepakatan antara roh dan manusia agar tidak terjadi gangguan berlebihan di gunung tersebut.
Setelah ritual ini, kini siapapun dapat mengunjungi gunung ini, asalkan tetap menjaga keasrian alam.
Selain keindahan alamnya, ada pula destinasi lain yakni Curug Cilengkrang, air terjun yang berada di kaki gunung, menawarkan lokasi camping yang menarik.
Meskipun air terjun ini terkadang mengalami penurunan debit air, keindahan alam sekitarnya tetap memikat para pengunjung.
Mitos dan misteri akan selalu hidup, dan pada akhirnya, cara kita menyikapi hal tersebut yang penting. Apakah kita menjadikannya sebagai pelajaran untuk lebih menghargai alam atau sebaliknya?
Gunung Manglayang, dengan segala mitos dan keindahan alamnya, menantang kita untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam.
Gunung Manglayang bukan hanya destinasi wisata biasa; ia adalah tempat yang mengajak kita untuk menghormati warisan alam. Selain itu, juga mengenang kisah-kisah lama yang masih hidup di setiap batu dan lerengnya.
(Mahendra/Aak)