Site icon Teropong Media

Minyak Jelantah Disulap Jadi Pelapis Pintar, Mahasiswa UNAIR Sabet Juara Nasional

Mahasiswa Unair

(dok. Unair)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mencatatkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Seorang mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR, Alvyan Ananta Asis, berhasil meraih Juara II dalam ajang Renewable Energy Innovation Competition.

Kompetisi ini merupakan bagian dari ReEnergize Summit yang digelar oleh Universitas Indonesia, sebagai wadah prestisius bagi generasi muda untuk menghadirkan terobosan di bidang energi berkelanjutan.

Dalam kompetisi tersebut, Alvyan berkolaborasi dengan mahasiswa dari ITS dan ITB, melahirkan inovasi bertajuk GeoShield: Smart Self-Healing Coating Based on Waste Cooking Oil with FBG Sensor.

Solusi ini menawarkan sistem pelapisan pipa berbahan limbah minyak jelantah yang dapat menyembuhkan diri dari kerusakan mikro, serta dilengkapi sensor Fiber Bragg Grating (FBG) untuk pemantauan kondisi secara real-time. Inovasi ini diarahkan untuk mengatasi masalah korosi pada sistem panas bumi, yang kerap kali menjadi kendala dalam pengembangan energi terbarukan.

“Ide GeoShield lahir dari diskusi intensif dan eksplorasi literatur. Kami ingin menggabungkan prinsip ekonomi sirkular dengan teknologi material dan sistem monitoring pintar,” jelas Alvyan, melansir laman Unair.

Inovasi Ramah Lingkungan dari Limbah Jelantah

Korosi pada pipa panas bumi kerap menjadi masalah tersembunyi namun berdampak besar. Melalui GeoShield, tim ingin membuktikan bahwa limbah rumah tangga seperti minyak jelantah bisa dikembangkan menjadi teknologi tinggi yang mendukung ketahanan energi masa depan.

“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa inovasi bisa datang dari hal-hal sederhana. Limbah minyak jelantah yang biasa kita abaikan ternyata bisa punya peran besar dalam pengembangan energi bersih,” tambah Alvyan.

Perjalanan mengembangkan GeoShield tidak lepas dari tantangan, terutama dalam membagi waktu antara penyusunan riset dan Ujian Akhir Semester (UAS). Meski demikian, semangat kolaboratif antaranggota tim lintas universitas menjadi kekuatan utama dalam menyelesaikan proyek ini.

“Menyeimbangkan waktu antara akademik dan penelitian itu menantang. Tapi kerja tim yang solid membuat semuanya terasa lebih mudah dan berkesan,” ujar Alvyan.

Baca Juga:

Shredtics, Inovasi Mahasiswa UM: Alat Cacah Plastik Portabel Ramah Lingkungan

PEPHYDTIN-DERM, Inovasi Mahasiswa yang Berhasil Menangkan Perak di Ajang MTE 2025

Prestasi ini bukanlah garis akhir. Alvyan dan tim berencana melanjutkan riset mereka melalui publikasi ilmiah dan menjajaki kerja sama dengan lembaga energi untuk pengembangan proyek percontohan (pilot project).

“Kami ingin membawa GeoShield ke tahap lebih lanjut. Semoga bisa bermanfaat nyata bagi industri energi di Indonesia,” tutupnya. Ia juga berharap capaian ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berinovasi tanpa takut mencoba hal baru.

(Virdiya/Aak)

Exit mobile version