JAKARTA,TM.ID: Pertemuan lima ketua umum partai politik yang dikemas dalam Silaturahmi Ramadhan dan dihadiri langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kantor DPP PAN Jakarta, Minggu (2/4/2023), menyiratkan munculnya embrio koalisi besar capres 2024.
Dalam silaturahmi politik itu ada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan selaku tuan rumah, kemudian Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PPP Muhammad Mardiono, dan Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Kelima partai tersebut saat ini posisinya berada di dalam pemerintah Presiden Jokowi. Adapun dua partai lain yang juga berada dalam barisan pemerintah, PDI Perjuangan dan NasDem, kali ini masing-masing ketumnya: Megawati Soekarnoputri dan Surya Paloh, absen.
Diperoleh keterangan bahwa Mega dan Paloh absen dalam silaturahmi tersebut karena pada saat bersamaan menghadiri acara yang sudah lama terjadwal.
Namun, dalih tersebut juga bisa ditafsirkan bahwa Mega dan Paloh memang tidak ingin terlibat dalam wacana koalisi besar. Apalagi NasDem sudah sepakat jalan bareng bersama PKS dan Demokrat mengusung Anies Baswedan.
Adapun PDIP, sebagai satu-satunya partai yang bisa mengusung calon presiden sendiri, posisinya memang kuat. Artinya, tanpa sokongan partai-partai lain, parpol ini bisa mengusung calon sendiri. Apalagi berdasarkan berbagai survei, PDIP pada Pemilu 2024 juga diprediksi tetap menjadi juara dengan raihan sekitar 20 persen suara. Modal politik yang besar ini bikin PDIP lebih percaya diri untuk memperjuangkan seseorang menjadi capres.
Persoalan siapakah yang akan diusung, PDIP juga punya kader, yang dalam berbagai survei, sosok itu memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi.
BACA JUGA: Indo Barometer: Elektabilitas Ganjar Tergerus Pembatalan Piala Dunia U-20
Memang, Ganjar Pranowo– kader PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah– saat ini harus menahan diri setelah pernyataannya menolak kehadiran tim Israel dalam Piala Dunia U-20 di Indonesia dikecam banyak kalangan.
Apakah benar pernyataan tersebut akan menggerus popularitas dan elektabilitas Ganjar? Masih harus ditunggu. Paling tidak hasil sigi lembaga riset politik yang kredibel dalam waktu dekat ini bisa menjadi indikasi ada tidaknya pengaruh pernyataan tersebut terhadap elektabilitasnya.
Apa pun, Silaturahmi Ramadhan para ketum parpol tersebut memang layak dicermati. Sangat mungkin pertemuan tersebut memang sebagai langkah awal membangun koalisi lebih besar, yang diyakini bakal efektif mengantar capres yang diusung.
Sebelumnya, Gerindra dan PKB juga sudah membentuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), sedangkan Golkar, PAN, dan PPP membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada Pemilu 2024.
Kalau melihat capaian perolehan suara dari masing-masing parpol pada Pemilu 2019, maka Gerindra berada di posisi teratas di embrio koalisi itu. Gerindra bisa jadi merasa paling berhak menempatkan Prabowo sebagai capres. Apalagi berdasarkan berbagai survei, pesaing Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 itu, hanya bisa disaingi oleh Ganjar, sang pemilik popularitas dan elektabilitas tertinggi.
Adapun NasDem, nyaris tidak mungkin merapat ke embrio koalisi besar itu karena jauh hari sudah mengumandangkan Anies Baswedan sebagai bakal capres. Belakangan, pilihan NasDem ini diamini PKS dan Demokrat, dua partai yang sejak awal mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah Joko Widodo.
Dalam perhitungan di atas kertas, akumulasi perolehan suara lima partai tersebut memang menjadi modal yang meyakinkan. Partai Gerindra pada Pemilu 2019 meraih Gerindra: 17.594.839 (12,57 persen); Golkar: 17.229.789 (12,31 persen); PKB: 13.570.097 (9,69 persen); PAN: 9.572.623 (6,84 persen); dan PPP: 6.323.147 (4,52 persen). Kelima parpol tersebut menghimpun 45,93 persen pada Pemilu 2019.
Adapun NasDem: 12.661.792 (9,05 persen); PKS: 11.493.663 (8,21 persen); Demokrat: 10.876.507 (7,77 persen) atau total 25,03 persen, sedangkan PDIP meraup PDIP: 27.053.961 (19,33 persen) sekaligus keluar sebagai juara pemilu legislatif 2019.
(Dist)