Site icon Teropong Media

Mengenal Lebih Dekat Kecanggihan Persenjataan Iran dan Israel dalam Duel Udara

Mengenal Lebih Dekat Kecanggihan Persenjataan Iran dan Israel dalam Duel Udara

Serangan rudal dari Israel ke Iran (X - Iran in India)

Menanti Siapa “Penari Terakhir” di Langit Timur Tengah, “Der Krieg ist ein Massaker von Menschen, die sich nicht kennen, zum Nutzen von Menschen, die sich kennen, aber nicht massakrieren.“ “Perang adalah pembantaian antara orang-orang yang tidak saling kenal, demi keuntungan mereka (segolongan orang) yang saling kenal namun tidak saling membantai.”(Paul Valéry, penyair Prancis).

Ketika Israel mengumumkan operasi Rising Lion, dunia tahu bahwa serangan ini bukan hanya soal target strategis, tapi juga pesan politik. Dan pesan itu dibacakan dengan misil, drone, dan mengubah heningnya malam menjadi riuh penuh dentuman.

Justin Djogo M.A, MBA (Direktur Eksekutif Forum Dialog Nusantara/FDN, Deputi Kajian Politik dan Luar Negeri Balitbang DPP Partai Golkar)

Respons Iran tidak datang pelan. Mereka membalas dengan peluncuran lebih dari 300 rudal dan drone ke wilayah Israel. Beberapa diarahkan ke pangkalan militer, tapi sebagian jatuh di kawasan sipil—di Be’er Sheva dan bahkan menyentuh Tel Aviv.

“Tarian” rudal di langit Timur Tengah, kini telah menjadi benturan terbuka yang mengancam kestabilan seluruh kawasan. Perang modern yang berlangsung saat ini, tak lagi mengandalkan tank dan pasukan infanteri besar. Melainkan serangan presisi jarak jauh, yang bisa melumpuhkan sistem energi, komunikasi, bahkan bendungan dan reaktor nuklir.

Teknologi senjata, khususnya rudal balistik, jelajah, dan drone kamikaze, kini menjadi aktor utama dalam panggung yang sarat dengan sejarah panjang dan dendam ideologis.

Menakar Kekuatan Iran

Iran memiliki salah satu program rudal paling maju di Timur Tengah, dengan stok rudal balistik terbesar di kawasan, mencakup 3.000+ rudal dari jenis SRBM dan MRBM. Sebut saja Shahab‑3, Sejjil, Khorramshahr, Ghadr, Fateh‑110, bahkan rudal hipersonik seperti Kheibar Shekan. Rangkaian rudal ini menjangkau seluruh Timur Tengah — termasuk Tel Aviv dan pangkalan-pangkalan AS.

Shahab-3 si rudal balistik jarak menengah (MRBM), punya daya jangkau hingga 2.000 km. Artinya, ia mampu m melesat dari wilayah barat Iran hingga Tel Aviv dan ke seluruh basis militer AS di Irak, Qatar, Bahrain, hingga Turki. Berbasis teknologi Korea Utara, namun dimodifikasi lokal oleh Iran, pertama kali digunakan pada 2006.

Dunia menjadi saksi ketangguhan Shahab-3 pada Januari 2020. Yakni setelah Jenderal Qasem Soleimani dibunuh oleh serangan drone AS di Baghdad, maka Iran merespons dengan Shahab-3 yang diluncurkan sebagai serangan balistik ke pangkalan Ayn al-Asad di Irak—markas besar tentara AS. Puluhan rudal diluncurkan, melintasi langit dini hari. Tidak ada tentara AS yang tewas, tetapi lebih dari 100 orang dilaporkan mengalami cedera otak traumatis akibat ledakan.

Selain itu, Iran juga mengembangkan rudal air-to-air seperti Sedjil, versi modifikasi dari HAWK yang dipasang di F‑14, dengan jangkauan sekitar 90 km dan kecepatan mach 4–5. berbahan bakar padat, dua tahap. Daya jangkaunya 2.000–2.500 km, muatan hingga 1.000 kg, dan akurasi sekitar 50 meter. Keunggulannya cepat diluncurkan tanpa persiapan lama, dan bisa mencapai Israel dalam kurang dari tujuh menit.

Selain Fateh-110 dan Zolfaghar dari kelas rudal balistik jarak pendek (SRBM), punya daya jangkau antara 300 hingga 700 kilometer. Gerakannya diarahkan menggunakan inertial guidance system agar lebih presisi, hingga mampu menghantam hanggar pesawat dan pusat komando. Iran juga punya rudal Kheibar Shekan, generasi baru MRBM yang lebih sulit dideteksi radar, dan jangkauannya lebih dari 1.400 km. Ada juga Shahed-136, drone kamikaze “murah” kebanggaan Iran. Ia digunakan secara masif untuk mengganggu sistem pertahanan musuh, menyerang infrastruktur sipil dan militer.

Iran unggul secara numerik di darat: sekitar 2.000 tank, puluhan ribu kendaraan tempur lapis baja, dan ribuan artileri serta MLRS . Iran memiliki sekitar 290–551 pesawat, banyak bertipe tua (F‑4, F‑14, MiG‑29), namun mencoba menutup ketinggalan teknologi lewat drone dan rudal. Di laut, Iran memiliki armada terbesar di Teluk dan Laut Uttara dengan 7 frigat, 19 kapal patroli, 3–17 kapal selam, Dibanding Israel, Iran unggul dalam jumlah personel aktif, yakni sekitar 520.000–610.000 personil. Itu belum termasuk tambahan cadangan 350.000–200.000 pasukan paramiliter seperti Basij dan IRGC.

Soal anggaran militer, pada 2023 Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) —sebuah lembaga riset independen kelas dunia yang berbasis di Stockholm, Swedia, menyebutkan bahwa anggaran militer Iran mencapai sekitar US $10,3 miliar, sekitar 2% dari PDB negara itu.https://iranopendata.org/en/article/irans-military-budget-quarter-of-nations-finances-amid-economic-challenges/?utm_source=chatgpt.com Namun, banyak analis percaya angka ini tidak memperhitungkan “dana rahasia” yang berasal dari penjualan minyak. Juga belum memuat data alokasi dana khusus untuk Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC, alias Sepah-e Pasdaran-e Enghelab-e Eslami). IRGC) pasukan elit militer Iran bentukan Ayatollah Khomeini pada 1979.

Data LSM Iran Open Data Center (IOD), sebuah lembaga independen yang didirikan pada 2016, mengungkap bahwa jika dimasukkan alokasi non-publik seperti “oil quota” dan “dana proyek khusus”, total pengeluaran militer Iran mendekati US $13,8 miliar pada 2023.

Awal 2025, IOD memperkirakan anggaran itu meningkat drastis ke angka sekitar US $23,1 miliar, melonjak 35% dari tahun sebelumnya. Dari total ini, hanya sekitar US $12,4 miliar yang berasal dari anggaran resmi. Sementara lebih dari US $10,7 miliar berasal dari pendanaan alternatif yang tidak transparan. https://iranopendata.org/en/article/irans-military-budget-quarter-of-nations-finances-amid-economic-challenges/?utm_source=chatgpt.com
Di sisi lain, Al Jazeera melaporkan rencana Iran untuk melipatgandakan anggaran militer pada 2025, setelah mosi parlemen menyetujui kenaikan hingga 200% dari titik awal sekitar US $10,3 miliar.

Apakah Iran yang terkuat militernya di Timur Tengah? Iran tergolong negara dengan pengeluaran militer keempat terbesar di Timur Tengah—setelah Saudi, Israel, dan UEA. Meski demikian, perbandingan regional menunjukkan: anggaran militer Iran masih lebih rendah dibanding Israel (sekitar US $46,5 miliar pada 2024) dan Arab Saudi (US $80 miliar).

Mengulas Iron Dome dan “Teman-temannya”

Iron Dome Israel bagaikan legenda “perisai raksasa” langit bangsa Yahudi. Sayangnya, masih banyak dari kita yang “belum ngeh” tentang Iron Dome, dan menganggapnya seperti “pagar listrik”: rudal yang menyenggolnya, akan meleduk. Nggak gitu.

Sistem Iron Dome bukan perisai dalam bentuk harafiah, dan ia tak berdiri sendiri. Iron Dome adalah rangkaian persenjataan dan sistem deteksi, yang bekerja dalam harmoni, seperti simfoni pertahanan: radar EL/M-2084 Multi-Mission Radar, pusat komando, dan Rudal Tamir.

Radar EL/M-2084 Multi-Mission Radar buatan ELTA, anak perusahaan Israel Aerospace Industries (IAI). bisa mendeteksi puluhan hingga ratusan proyektil dalam sekali waktu, sembari menghitung lintasan rudal musuh, lalu memutuskan mana yang akan menghantam pemukiman dan mana yang akan jatuh di tanah kosong. Radar ini bisa memindai secara simultan area seluas puluhan kilometer, dalam segala cuaca, bahkan dalam gelombang serangan bertubi-tubi.

Lalu ada pusat komando dan kendali. Inilah otak Iron Dome. Di sinilah semua informasi dari radar masuk. Informasi itu dianalisis dalam milidetik, lalu menghasilkan keputusan perlu tidaknya diluncurkan rudal pencegat. Sistem ini bukan hanya cepat, tapi juga cerdas: karena ia tak akan membuang rudal pencegat jika proyektil yang datang diperkirakan jatuh di ladang kosong. Bukan karena tak peduli pada makhluk hidup. Tetapi karena harga rudal Tamir.
Satu unit rudal Tamir—rudal pencegat utama Iron Dome— berharga sekitar 50 ribu dolar AS. Maka perhitungan akurat bukan soal efisiensi saja, tapi soal keberlangsungan pertahanan dalam perang panjang.

Iron Dome, sistem pertahanan rudal jarak pendek yang berpengalaman dalam mencegat roket dari Hizbullah maupun Hamas, selalu ditemani David’s Sling (menengah), dan Arrow‑3 (antisatelit dan antirudal), yang memungkinkan Israel menangkis rudal Iran secara efektif.

Juga ada F-351 Adir. Dalam posisi ofensif, Israel mengandalkan jet tempur F-35I Adir, yang mampu menyusup jauh ke wilayah Iran dengan membawa bom presisi tinggi. Jet tempur F-351 adalah varian khusus dari jet tempur siluman F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin AS. “Adir” dari bahasa Ibrani yang berarti “Perkasa”— seolah menegaskan bahwa Israel adalah negara pertama di luar AS yang menerima dan mengoperasikan F-35, yang menurut para analis: biaya operasionalnya USD 36.000–44.000 per jam terbang. Sejak 2016 hingga 2024, Israel telah menerima lebih dari 39 unit dari total pesanan 75 unit.

Jika David’s Sling dan Arrow-3: Untuk menghadapi rudal jarak menengah dan balistik jarak jauh seperti Shahab-3. Israel juga memiliki rudal balistik sendiri seperti Jericho III, dengan jangkauan antarbenua. Gimana ngga antarbenua, jika rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM) ini punya daya jangkau antara 4.800 km hingga 11.500 km. Ini berarti Jericho III mampu mencapai target di Eropa, Asia, dan bahkan sebagian Amerika Utara. Jericho III dipercaya sebagai tulang punggung dari arsenal nuklir strategis Israel, meski pemerintahnya tidak pernah secara resmi mengakui keberadaan atau kapabilitasnya.

Israel diyakini memiliki sekitar 80–100 hulu ledak nuklir, menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Jericho III adalah salah satu dari tiga kaki triad nuklir Israel, selain kapal selam kelas Dolphin (peluncur rudal jelajah nuklir dari laut), dan F-35I Adir yang dimodifikasi untuk membawa bom nuklir.

Meski terlihat “sangar” di angkasa, namun dalam hal jumlah personel, Israel jauh lebih kecil secara kuantitas ketimbang Iran. Tapi tenaga tempur cadangan Israel yang siap digunakan: aktif sekitar 170.000 personel, dan cadangan 465.000 orang. Ini menciptakan dinamika: Iran unggul kekuatan manusia, tetapi Israel unggul dalam rekrutmen berkualitas dan kesiapan militer.

Negara yang dipimpin Benyamin Netanyahu ini mengalokasikan lebih dari US $24–27 miliar per tahun untuk belanja militer. Angka ini didukung oleh bantuan AS sebesar hampir US $4 miliar.

Meski memiliki lebih sedikit tank, yakni sekira  1.300 unit, tapi Israel punya tank Merkava IV yang sangat canggih. Bagai produk “home made” karena Merkava diproduksi sendiri oleh Israel Military Industries (IMI) dan Israel Defense Forces (IDF), Merkava IV bukan saja kebal rudal maupun peluru senjata anti tank musuh, berkat sistem proteksi aktif Trophy APS (Active Protection System) yang mampu mengintersep serangan. Tapi juga Merkava IV komputer tempur Elbit Systems Battle Management System (BMS), yang mengintegrasikan komunikasi, navigasi, dan identifikasi musuh. Jadi, saat komandan tank mencari target, bisa bareng dengan awak yang menembak target lain.

Jika di laut, Israel memiliki flotila yang lebih modern tetapi lebih kecil. Meliputi 5 kapal selam kelas Dolphin dan kapal permukaan dan patroli. Maka di angkasa, angkatan udara Israel diperkuat oleh sekitar 340–612 pesawat tempur canggih, termasuk Israel saat ini memiliki supremasi udara absolut atas sebagian wilayah Iran melalui F‑35I, F‑15, F‑16, serta helikopter dan pesawat khusus.

Sebagian besar serangan mereka bersifat udara — bukan serangan darat. Para analis menilai airstrikes Israel efektif menunda, tetapi belum mampu menggulingkan rezim atau menghancurkan jalur nuklir sepenuhnya tanpa dukungan tambahan seperti bom bunker‑buster dari AS.

Penulis: Justin Djogo M.A, MBA (Direktur Eksekutif Forum Dialog Nusantara/FDN, Deputi Kajian Politik dan Luar Negeri Balitbang DPP Partai Golkar)

Exit mobile version