Mengembalikan Peradaban Sungai di Wilayah Bekasi, Layaknya Masa Kerajaan Tarumanegara

Sungai Bekasi Tarumanegara
Pengerjaan Proyek Bendung Srengseng, Kabuoaten Bekasi. (YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel)

Bagikan

BEKASI, TEROPONGMEDIA.ID — Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM) menyinggung soal peradaban wilayah Bekasi yang berbasiskan sungai sejak zaman kerajaan Tarumanegara.

Semenjak terpilih menjadi Gubernur Jabar periode 2024-2029, Dedi Mulyadi turun langsung ke lapangan untuk membenahi seluruh sungai yang melintas ke wilayah baik Kabupaten maupun Kota Bekasi untuk dikebalikan fungsinya.

Pada awal Maret 2025, terjadi banjir besar yang melanda Kota Bekasi, menenggelamkan permukiman, jalanan, dan fasilitas publik.

Dari 12 kecamatan di Kota Bekasi, 10 kecamatan di antaranya terendam banjir, menunjukkan skala bencana yang lebih besar daripada banjir-banjir sebelumnya.

Sebagai gubernur, Dedi Mulyadi pun turun tangan dengan meminta Pemerintah Pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum termasuk Pemerintah Provinsi serta Kabupaten dan Kota Bekasi untuk melakukan revitalisasi seluruh sungai yang ada.

Seluruh bangunan liar (bangli) pun yang berdiri di bantaran sungai dirobohkan tanpa pandang bulu. Sungai kemudian dikeruk dan diperlebar sebagaimana wujud aslinya.

“Bekasi ini peradabannya sungai sejak zaman Tarumanegara,” tegas Dedi Mulyadi saat meninjau pengerjaan Proyek Bendung Srengseng Hulu di jalur sungai Cibeel, Kabupaten Bekasi, mengutip tayangan YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Sabtu (26/4/2025).

KDM melanjutkan, pada masa lalu Pemerintah Kabupaten maupun Kota Bekasi sudah berupaya memberdayakan sungai.

“Jadi dari dulu perencanaan kota sama kabupatennya, kalau sungai itu diberdayakan, rumah mneghadap sungai, itu sungainya bersih, ini daerah top kayak Inggris,” ujar dia.

Bekasi pada Masa Kerajaan Tarumanegara

Mengutip laman Pemkab Bekasi, Bekasi pada masa lalu dikenal sebagai Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, yang merupakan ibu kota Kerajaan Tarumanegara (358-669 M).

Wilayah kerajaan ini meliputi Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor, hingga Sungai Cimanuk di Indramayu, Jawa Barat.

Para ahli sejarah sepakat bahwa lokasi Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai pusat pemerintahan Tarumanegara berada di wilayah Bekasi saat ini.

Daerah ini juga merupakan asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M), pendiri Kerajaan Sunda, yang kemudian menurunkan raja-raja hingga generasi ke-40, yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M), penguasa terakhir Kerajaan Sunda Kelapa (Kerajaan Padjajaran).

Bekasi menjadi salah satu wilayah penting dalam sejarah Tatar Sunda, dibuktikan dengan penemuan empat prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Kebantenan.

Prasasti ini berisi keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482–1521 M) yang ditulis di atas lima lempeng tembaga.

Sejak abad ke-5 Masehi, Bekasi berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara, kemudian Kerajaan Galuh (abad ke-8), dan Kerajaan Padjajaran (abad ke-14).

Posisinya yang strategis sebagai penghubung ke Pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta) menjadikannya wilayah penting dalam sejarah Nusantara.

Sejarah Bekasi Sebelum 1949

Kota Bekasi memiliki sejarah panjang dan dinamis, terlihat dari perkembangannya sejak masa Hindia Belanda, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan, hingga era Republik Indonesia.

Pada masa Hindia Belanda, Bekasi masih berupa kewedanan (distrik) di bawah Kabupaten Meester Cornelis. Saat itu, kehidupan masyarakat banyak dikendalikan oleh tuan tanah keturunan Tionghoa.

Kondisi ini berlanjut hingga masa pendudukan Jepang, yang membawa perubahan melalui kebijakan “Japanisasi” di berbagai sektor.

Nama Batavia diganti menjadi Jakarta, sementara Kabupaten Meester Cornelis berubah menjadi Ken Jatinegara, mencakup Gun Cikarang, Gun Kebayoran, dan Gun Matraman.

Setelah proklamasi kemerdekaan (17 Agustus 1945), struktur pemerintahan berubah lagi: Ken menjadi kabupaten, Gun menjadi kewedanan, Son menjadi kecamatan, dan Kun menjadi desa/kelurahan.

Ibu kota Kabupaten Jatinegara sempat berpindah-pindah, mulai dari Tambun, Cikarang, hingga Bojong (Kedung Gede).

Saat itu, Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Rubaya Suryanaatamirharja. Namun, setelah Belanda kembali menguasai Indonesia, Kabupaten Jatinegara dihapus dan statusnya dikembalikan seperti zaman kolonial.

BACA JUGA

Viral! Aktivis Mau Bersihin Sampah di Bantaran Kali Bekasi, Harus Izin Ormas?

Bekasi Gerak Cepat Legalisasi Ratusan Koperasi Desa Merah Putih

Sejarah Bekasi Pasca-1949 dan Pembentukan Kota Bekasi

Pada 17 Februari 1950, sekitar 40.000 rakyat Bekasi menggelar unjuk rasa di alun-alun Bekasi. Hadir dalam acara tersebut Residen Militer Daerah V, Mu’min. Tuntutan utama mereka adalah mengubah nama Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi dan menegaskan kesetiaan kepada Republik Indonesia.

Bekasi menjadi bagian dari Batavia en Omelanden, sementara wilayah di timur Bulak Kapal masuk Negara Pasundan (Kabupaten Karawang), dan sebelah baratnya menjadi wilayah federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178.Pada 17 Februari 1950, sekitar 40.000 rakyat Bekasi menggelar unjuk rasa di alun-alun Bekasi. Hadir dalam acara tersebut Residen Militer Daerah V, Mu’min.

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1950, resmi dibentuk Kabupaten Bekasi, dengan wilayah meliputi empat kewedanan, 13 kecamatan (termasuk Cibarusah), dan 95 desa. Lambang Kabupaten Bekasi mencerminkan hal ini dengan motto “Swantara Wibawa Mukti”.

Pada 1960, kantor kabupaten dipindahkan dari Jatinegara ke Jalan H. Juanda di Kota Bekasi. Kemudian, pada 1982, di masa Bupati Abdul Fatah, pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Jalan Ahmad Yani No. 1 Bekasi.

Perkembangan Kecamatan Bekasi yang pesat mendorong pemekaran menjadi Bekasi Utara, dengan total 18 kelurahan dan 8 desa.

Kota Administratif Bekasi secara resmi dibentuk pada 20 April 1982, dengan Wali Kota pertama H. Soedjono (1982–1988). Jabatan ini kemudian dipegang oleh Drs. Andi Sukardi (1988–1991), Drs. H. Khailani AR (1991–1997), dan Drs. H. Nonon Sonthanie (1998–2003).

Setelah pemilu, terpilih pasangan Ahmad Zurfaih dan Mochtar Mohamad (2003–2008), dilanjutkan oleh Mochtar Mohamad dan Rahmat Effendi (2008–2013). Pada periode berikutnya, Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu memimpin (2013–2018), kemudian Rahmat Effendi kembali terpilih bersama Tri Adhianto Tjahyono (2018–2023).

Dengan demikian, Bekasi telah mengalami transformasi dari pusat kerajaan kuno hingga menjadi kota metropolitan yang berkembang pesat di era modern.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
suzuki fronx
Menuju Indonesia, Suzuki Fronx Versi India dan Jepang Punya Perbedan!
bersin saat memasak cabai
Kenapa Sering Bersin Saat Memasak Cabai?
paus fransiskus meninggal
Apa Itu Tanatopraksi? Ada Dalam Proses Pemakaman Paus
mobil listrik pevs 2025
Daftar Mobil Listrik Siap Meluncur di PEVS 2025, Ada Merek Lokal!
pemakaman paus fransiskus
Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Jokowi Ada di Barisan Paling Depan
Berita Lainnya

1

Bupati Cirebon Luncurkan Program 'DAKOCAN'

2

Link Live Streaming Persib Bandung vs PSS Sleman Selain Yalla Shoot

3

Link Live Streaming Chelsea vs Everton Selain Yalla Shoot

4

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

5

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!
Headline
Persib Menggila, Gasak PSS Sleman Dengan Skor Telak
Persib Menggila, Gasak PSS Sleman Dengan Skor Telak
Hadapi Gempa Megathrust, BMKG Tekankan Pentingnya Mitigasi
Hadapi Gempa Megathrust, BMKG Tekankan Pentingnya Mitigasi
Real Madrid
Link Live Streaming Barcelona vs Real Madrid Selain Yalla Shoot di Final Copa del Rey 2025
Farhan Bakal Segera Evaluasi Pengelola Terkait 18 Pasar di Kota Bandung Penuh Sampah
Farhan Bakal Segera Evaluasi Pengelola Terkait 18 Pasar di Kota Bandung Penuh Sampah

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.