Maria Ulfah Santoso Mensos Pertama Dibalik Catatan Perundingan Linggarjati

Meja perundingan Linggarjati perwakilan Indonesia yang diketuai Sutan Sjahrir. (Foto: Masnurdiansyah / Teropong Media)

Bagikan

KUNINGAN,TM.ID: Beberapa menit berselang awan mendung diatas langit Kabupaten Kuningan telah menurunkan hujan, mengguyur semua bangunan di bawah Atap Bumi Parahyangan. Aroma petrikor tercium kuat, menambah udara sejuk menyentuh kulit.

Cahaya temaram baskara tak mampu menyapu kemelut halimun di Gunung Ciremai. Sebagian burung di area meracau terjadi sebuah reaksi presipitasi cair. Mereka singgah dari satu pohon ke pohon lain.

Gedung Linggarjati yang sudah renta, masih mampu berdiri kokoh meski usianya sudah tua. Tanah yang dipijak merekam setiap fase perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman.

BACA JUGA: Kulineran Bersama Keluarga di Arunika Eatery Kuningan, Cocok Buat Weekend

Di dalamnya bersemayam sebuah cerita abadi, yang ditinggalkan oleh anak bangsa dengan pemikir jenius. Sejarah tercipta dari asas kepedulian terhadap bangsa dan negara. Perang gagasan terjadi ketika itu demi mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih.

Gedung Linggarjati, yang kini menjadi cagar budaya nasional. (Foto: Masnurdiansyah/Teropong Media)

Mereka berunding, dibalik tembok nan gagah dalam sebuah judul Perundingan Linggarjati.

Ada kisah yang menarik dibalik catatan perundingan antara Belanda dan Indonesia. Sosok penting yang menginisiasi pertemuan dan alasan, kenapa agenda itu berlangsung di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Gedung Linggarjati adalah salah satu bangunan Cagar Budaya Nasional, yang diselimuti cerita sejarah penting bagi Indonesia.

Pertemuan sejarah itu terjadi pada 11-15 November 1946. Berkaitan erat dengan status kemerdekaan Indonesia.

Pasca Soekarno membacakan teks proklamasi di tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah republik ketika itu harus melewati jalan terjal demi mendapatkan status kemerdekaannya.

Kemudian perundingan bersama pihak Belanda dilakukan. Hanya saja hingga tahun 1946, kesepakatan diantara kedua negara itu belum tercapai dan tidak mencapai titik temu.

Perlu diektahui kalau Gedung Linggarjati terletak di Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Tempat itu dipilih menjadi lokasi perindungan kala itu, karena dinilai paling netral. Kota Batavia atau Jakarta kala itu masih berada dalam kekuasaan Belanda. Sementara Soekarno dan Hatta menawarkan pertemuan diadakan di Yogyakarta, ketika itu masih menjadi Ibukota sementara Republik Indonesia (RI).

Juru Pelihara (Jupel) Gedung Perundingan Linggarjati, Agus Suparman menjelaskan usulan pertemuan dari kedua negara harus di Linggarjati berawal atas gagasan yang muncul dari seorang wanita yang kala itu menjadi Menteri Sosial pertama Indonesia.

Ya, namanya adalah Maria Ulfah Santoso, putri dari mantan Bupati Kuningan, R Mohamad Ahmad yang pernah menjabat di periode 1921-1940.

“Yogyakarta dengan Jakarta jaraknya saat itu terlalu jauh. Jadi mengambil rujukan dari Ibu Maria Ulfah supaya bisa megadakan pertemuan di Linggarjati,” ungkap Agus kepada teropingmedia.id, Selasa (12/12/2023).

Awalnya tahun 1946, Gedung Linggarjati difungsikan sebagai lokasi hotel atau penginapan. Saat itu gedungnya bernama Hotel Merdeka. Hotel ini menjadi satu-satunya yang berdiri di Kabupaten Kuningan.

Agus menerangkan, perundingan Linggarjati diwakili Perdana Menteri, Sutan Sjahrir. Dia menjadi ketua delegasi Indonesia. Sementarta untuk pihak dari Belanda diketuai Prof. Dr. Ir. W. Schermerhorn.

Maria Ulfah Santoso, putri dari mantan Bupati Kuningan, R Mohamad Ahmad yang pernah menjabat di periode 1921-1940. (Foto: Masnurdiansyah / Teropong Media)

“Perundingan dimediasi Lord Killearn dari negara Inggris dan dari hasil perundingan itu ada 17 pasal,” jelasnya.

Pokok utama hasil perundingan di Linggarjati dijelaskan Agus, jika Belanda mengakui secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari pulau Sumatera, Jawa dan Madura. Serta dibentuknya Republik Indonesia Serikat.

BACA JUGA: Lebih Dekat dengan Sejarah Kampung Adat Cireundeu

Perlu diektahii kalau Maria Ulfah Santoso adalah tokoh penting dibalik peristiwa perundingan di Linggarjati. Karena sosoknya dianggap memberikan kontribusi ketika menyampaikan opsi kepada Sutan Sjahrir supaya pertemuan itu dilakukan di wilayah Kuningan.

“Ketika ada pemilihan tempat perundingan yang dianggap netral, maka dipilihlah Linggarjati sebagai lokasi pertemuan karena sudah dijamin keamanannya,” jelas Agus.

Namun sayang tokoh Maria jarang diketahui oleh public luas. Apalagi sebagai mantan Menteri Sosial di zaman Orde Lama, dirinya turut andil dan memberikan peran dalam meletakkan dasar pondasi di Kabinet Sjahrir.

“Pada saat itu Sjahrir adalah kawan dekat dari Maria,” begitu katanya.

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Dapat Gelar Man Of The Match Hingga Pimpin Viking Clap
Dapat Gelar Man Of The Match Hingga Pimpin Viking Clap, Kevin Mendoza Sampaikan Isi Hatinya
Mateo Kocijan absen
Dapat 4 Kartu Kuning, Mateo Kocijan Terpaksa Absen 1 Pertandingan
C2ED7629-D0C4-40F7-ADC5-E2406CEE1D5A
Gunung Dempo Meletus, Jalur Evakuasi Warga Disiapkan
bank bjb ASRRAT 2024
bank bjb Raih Platinum Rank di Ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2024
Klasemen PSBS Biak
Debutan Liga 1 Masuk 10 Besar Klasemen, PSBS Jadi Ancaman Tim Papan Atas
Berita Lainnya

1

7 Fakta Penting Pernikahan Nissa Sabyan dan Ayus yang Menghebohkan Publik

2

Password Wifi MCD Terbaru 2024!

3

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

4

Hampir Mirip, Ini Perbedaan Gejala Herpes dan Gigitan Tomcat

5

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!
Headline
Ini Alasan Persib Memarkir David da Silva
Dan Terjadi Lagi, Ini Alasan Persib Memarkir David da Silva
surat Suara tertukar, Pilkada 2024
Ribuan Surat Suara Pilkada 2024 Bogor Jabar dengan Serang Banten, Tertukar!
Empat Orang TewasTertimpa Longsor di Desa Harang Julu Padang Lawas
Empat Orang TewasTertimpa Longsor di Desa Harang Julu Padang Lawas
Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi selama Periode Nataru
BMKG: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi selama Periode Nataru