BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Apple kembali membuat gebrakan di panggung WWDC 2025 dengan memperkenalkan iOS 26, lengkap dengan desain antarmuka barunya yang disebut Liquid Glass.
Namun, desain transparan futuristik ini justru membangkitkan memori lama netizen kepada Windows Vista, sistem operasi milik Microsoft yang dirilis hampir dua dekade lalu.
Liquid Glass digambarkan sebagai “material visual masa depan” oleh Apple. Ia memadukan efek kaca transparan, animasi responsif, dan efek reflektif dinamis yang berubah mengikuti konteks interaksi pengguna.
Tapi bagi banyak orang yang besar di era 2000-an, semua itu terdengar (dan terlihat) familiar.
“Ini iOS 26 atau Windows Vista Ultimate Edition?” tulis seorang pengguna X dengan disertai tangkapan layar Aero Glass Windows.
Bukan sekali ini saja Apple mengadopsi elemen transparansi dalam sistem operasinya. Dari macOS Aqua di 2001 hingga Big Sur di 2020, efek kaca memang sudah menjadi bagian dari DNA desain Apple.
Namun, di iOS 26, efek tersebut menjadi lebih menyeluruh, menyatu dalam seluruh sistem, mulai dari lock screen, Safari, hingga tab di Apple Music yang kini tampil seperti kaca tipis mengambang.
Meski diklaim terinspirasi dari visionOS milik Apple Vision Pro, Liquid Glass tak luput dari pembandingan dengan Aero Glass milik Windows Vista, sebuah fitur yang saat itu dianggap revolusioner namun juga menuai kritik karena membebani performa.
Yang menarik adalah bagaimana desain yang dulu dianggap sebagai kelemahan teknis kini justru jadi simbol kemajuan, ketika digarap ulang oleh Apple.
Baca Juga:
Pembaruan iPhone dari Masa ke Masa, Keluaran Apple
Liquid Glass bukan sekadar efek visual; ia kini ditenagai oleh chip neural engine dan teknologi layar iPhone terkini, membuat transisinya mulus dan hemat daya, hal yang dulu tidak mungkin dicapai oleh Vista.
“Apple telah melakukan apa yang dulu Microsoft coba lakukan, tapi dengan perangkat keras dan bahasa desain yang matang,” tulis seorang desainer UI senior di Threads.
Reaksi warganet terbagi dua, ada yang menyambutnya sebagai desain mobile paling elegan sejak iOS 7, tapi tidak sedikit juga yang menyebutnya sebagai “glorifikasi dari desain lama”.
Dalam banyak kasus, Apple memang sering membawa kembali konsep lama dengan eksekusi baru yang lebih matang. Namun, fakta bahwa iOS 26 memicu “dejavu massal” menunjukkan betapa kuatnya memori visual kita terhadap teknologi masa lalu.
Liquid Glass mungkin hanyalah fitur visual, tapi ia membuka ruang diskusi tentang bagaimana teknologi tidak bergerak maju secara linier, melainkan berputar sambil menyempurnakan apa yang pernah ada.
Maka, ketika kita melihat iPhone terbaru menampilkan efek kaca mengambang yang begitu mirip dengan Windows Vista, kita sebenarnya sedang menyaksikan siklus kreatifitas desain, masa depan yang dibentuk ulang dari masa lalu.
(Budis)