Leuhang, Pengetahuan Lokal Sunda dalam Pengobatan Tradisional

Penulis: Aak

leuhang pengobatan tradisional sunda - Dok Kemendikbud jpg
Leuhang pengobatan tradisional Sunda (Dok Kemendikbud RI)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Masyarakat Sunda telah lama mengembangkan kearifan lokal dalam memanfaatkan tumbuhan sekitar untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit. Salah satu bentuk pengetahuan dalam pengobatan tradisional Sunda ini dikenal dengan istilah Leuhang.

Mengutip laman Kemendikbud RI, menurut Kamus Umum Basa Sunda yang diterbitkan oleh Panitia Kamus Lembaga Basa & Sastra Sunda, Leuhang didefinisikan sebagai air rebusan berbagai jenis daun yang memiliki rasa kelat dan aroma khas karena masih mengandung getah. Air ini biasa digunakan sebagai obat untuk penyakit kulit dan beberapa jenis penyakit lainnya.

Leuhang biasanya dibuat dengan merebus berbagai macam daun yang memiliki khasiat obat, seperti daun sirsak, kayu manis, cengkih, salam, sirih, alpukat, serai, kecombrang, pandan, dan jeruk.

Proses penggunaannya bisa dilakukan dengan dua cara: memakai air rebusan langsung untuk mandi atau memanfaatkan uapnya saja sebagai terapi.

Bahan-bahan untuk membuat Leuhang umumnya diambil dari lingkungan sekitar tempat tinggal, menunjukkan bagaimana masyarakat Sunda secara turun-temurun telah memanfaatkan sumber daya alam secara bijak untuk kebutuhan pengobatan.

Praktik ini tidak hanya mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, tetapi juga menjadi warisan pengetahuan yang terus dilestarikan.

Proses Pembuatan Leuhang

Untuk membuat leuhang, berbagai bahan alami dimasukkan ke dalam panci dan direbus dengan air. Setelah mendidih, uap dari rebusan ini digunakan untuk terapi mandi uap.Caranya, air rebusan dipindahkan ke wadah seperti baskom yang diletakkan di lantai.

Orang yang akan menjalani terapi duduk di bangku rendah di depan baskom tersebut, kemudian tubuhnya ditutupi dengan kain sarung dan selimut agar uap leuhang dapat menyebar merata ke seluruh tubuh.

Setelah terapi uap dirasa cukup, tubuh dikeringkan dengan handuk. Selain metode uap, air leuhang juga bisa digunakan langsung untuk mandi.

Praktik pengobatan tradisional ini merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Sunda. Seperti diungkapkan Iskandar (2014), masyarakat Sunda sejak dulu telah menguasai pengetahuan mendalam tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat herbal.

Pengetahuan ini berkembang seiring dengan kebudayaan mereka, sehingga berbagai ramuan tradisional seperti leuhang telah teruji keamanan dan khasiatnya melalui penggunaan turun-temurun.

BACA JUGA

Tarawangsa: Dimensi Kosmologis yang Bukan Sekedar Karya Seni dalam Budaya Sunda

10 Tanamanan Tradisional yang Bisa Obati Batuk

Pengetahuan Leuhang yang Semakin Langka

Pengetahuan tentang leuhang dan praktik ngaleuhang sebagai warisan budaya Sunda kini semakin langka.

Meski demikian, masih ada beberapa pelaku kreatif yang berupaya melestarikan tradisi ini dengan mengembangkan terapi leuhang sebagai bentuk usaha. Salah satu contohnya dapat ditemukan di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

Di tempat ini, pengunjung yang ingin menjalani terapi leuhang akan masuk ke dalam bilik berukuran 1,5 x 1,5 meter yang dilengkapi lubang untuk kepala. Uap leuhang dialirkan ke dalam bilik melalui pipa yang terhubung dengan alat perebus khusus yang bisa mengatur suhu dan intensitas uap.

Menurut pengelola, terapi ini diyakini mampu mengeluarkan racun tubuh, melancarkan peredaran darah, membuat badan terasa lebih ringan, serta meningkatkan nafsu makan dan kualitas tidur.

Awalnya, pembuatan dan pemanfaatan leuhang hanya dilakukan secara sederhana di rumah-rumah untuk pengobatan mandiri.

Namun dalam perkembangannya, pengetahuan tradisional ini kini mulai dimanfaatkan sebagai peluang usaha dengan peralatan yang lebih modern dan praktis.

Transformasi ini tidak hanya menjaga kelestarian budaya tetapi juga menciptakan nilai ekonomi bagi pelakunya.

Leuhang sebagai pengetahuan tradisional Sunda terbukti memiliki manfaat ganda – baik untuk kesehatan maupun potensi ekonomi.

Warisan budaya ini patut dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian dari upaya memajukan kebudayaan Indonesia sekaligus memberikan manfaat konkret bagi masyarakat.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
MLBB
Moonton Umumkan Event Diamond Kuning MLBB 2025, Catat Tanggalnya!
diogo jota
Mengulas Lamborghini Huracan Evo Spyder, Kendaraan Kecelakaan Diogo Jota
Mahasiswa UM
Angkat Isu Sanitasi, Mahasiswa UM Menangi Kompetisi Tender Konstruksi Nasional
Aniaya Balita
Sadis! Ayah Aniaya Balita Usia 2 Tahun di Purwakarta
SI202207100444
Rumor Kepindahan Verstappen ke Mercedes Menguat, Ralf Schumacher: Sepertinya Itu Akan Terjadi
Berita Lainnya

1

Operasi Gabungan Penertiban Knalpot Tidak Sesuai Spesifikasi Teknis (Brong)

2

Cara Menghitung Skor Nilai Tes Terstandar SPMB Jabar 2025

3

Gegara Tikus Kencing Sembarangan, Awas Nyawa Melayang

4

Kenakalan Remaja: Penyebab, Dampak dan Solusi

5

Peterpan Comeback, tapi di Mana Ariel dan Uki?
Headline
Chelsea
Link Live Streaming Palmeiras vs Chelsea Piala Dunia Antarklub 2025 Selain Yalla Shoot
Wali Kota Bandung Siapkan Insentif Rp1 Miliar untuk RW, RW Aktif Dapat Bonus Tambahan
Wali Kota Bandung Siapkan Insentif Rp 1 Miliar, RW Aktif Dapat Bonus Tambahan
BMKG Waspada Cuaca Ekstrem
BMKG Imbau Transportasi Darat, Laut dan Udara Waspada Cuaca Ekstrem
Diogo Jota
Kronologi Diogo Jota Tewas: Mobil Keluar Jalur dan Terbakar

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.