Kesenian Buhun yang Ada di Kampung Adat Cireundeu

Kesenian Kampung Cireundeu
(Pinterest)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kampung adat Cireundeu yang menyimpan sejarah panjang dan kearifan lokal kesenian buhun yang kuat.

Kampung adat Cireundeu ini terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Nama “Cireundeu” sendiri berasal dari “pohon reundeu”, tanaman obat herbal yang dahulu melimpah di wilayah ini.

Kampung dengan luas 64 hektar ini, yang terdiri dari 60 hektar lahan pertanian dan 4 hektar pemukiman, dihuni oleh sekitar 1.200 jiwa, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani ketela.

Masyarakat Kampung Cireundeu, yang mayoritas memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan, teguh memegang tradisi dan adat istiadat leluhur.

Mereka konsisten menjalankan ajaran kepercayaan mereka dan menjaga kelestarian budaya yang telah secara turun-temurun.

Salah satu tradisi yang masih dijalankan adalah pertunjukan wayang golek setiap bulan Sura, sebagai bentuk syukur kepada Sang Maha Pencipta atas segala nikmat yang diterima.

Kehidupan sosial masyarakat Kampung Cireundeu terbuka dengan masyarakat luar, namun mereka cenderung menghindari perantauan dan menjaga kedekatan dengan keluarga.

Pola pemukiman di kampung ini unik, dengan pintu samping yang menghadap ke timur, mencerminkan filosofi penerimaan cahaya matahari bagi kehidupan. Semangat gotong royong menjadi ciri khas kehidupan masyarakat di sini.

Masyarakat Kampung Cireundeu juga memiliki kesenian tradisional seperti gondang, karinding, dan angklung buncis yang biasa tampil dalam ritual upacara adat, seperti upacara satu sura atau menyambut tamu.

Mereka merupakan bagian dari komunitas Sunda Wiwitan yang tersebar di berbagai daerah seperti Cigugur-Kuningan-Cirebon (Agama Djawa-Sunda/ADS), Sunda Wiwitan Suku Baduy di Kanekes (Lebak, Banten), Kasepuhan di Cipta gelar (Banten Kidul, Sukabumi), Cisolok-Sukabumi, dan Kampung Naga-Tasikmalaya.

BACA JUGA : Kampung Adat Cireundeu Kepercayaan Sunda Wiwitan

Kampung Cireundeu menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dan kearifan lokal dapat tetap lestari di tengah modernitas.

Mereka tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga membuka diri untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan.

 

(Hafidah Rismayanti/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Ditaksir Butuh Rp 400 T, Sri Mulyani Beberkan 3 Skenario Pendanaan Koperasi Desa
Ditaksir Butuh Rp 400 T, Sri Mulyani Beberkan 3 Skenario Pendanaan Koperasi Desa
CHERY HIMLA
Triton-Hilux Jangan Lari, Chery Punya Himla untuk Bentrok di Pasar Double Cabin!
ASN hilang di merbabu
ASN Temanggung yang Hilang di Merbabu Ditemukan Meninggal
Suap pemilihan ketua DPD
KPK Dalami Kasus Dugaan Suap Pemilihan Ketua DPD
jokowi hadiri pemakaman paus
Jokowi Diutus Prabowo Hadiri Pemakaman Paus, Kok Bisa?
Berita Lainnya

1

Bupati Cirebon Luncurkan Program 'DAKOCAN'

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Gedung BPJS Kesehatan Cempaka Putih Jakarta Pusat Kebakaran, 19 Unit Mobil Pemadam Dikerahkan

4

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

5

Pemain yang Diincar dalam Tim Prabowo
Headline
Aleix Espargaro
Kembali ke Lintasan MotoGP Sebagai Wildcard Honda, Aleix Espargaro Mengaku Gugup
Gempa Bumi Guncang Cilacap Jateng
Gempa Bumi M 3,4 Guncang Cilacap Jateng
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota di Indonesia 18 April 2025
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota di Indonesia 25 April 2025
Inter
Kondisi Inter Memburuk, Jalan Barcelona Menuju Final Kian Terbuka

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.