Kecerdasan Buatan (AI) dan Big Data Berpotensi Rusak Lingkungan di Masa Depan

Penulis: Budi

Kecerdasan Buatan (AI) dan Big Data Berpotensi Rusak Lingkungan
Kemajuan teknologi dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan big data telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia.(Ilustrasi: westagile).
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

JAKARTA,TM.ID: Kemajuan teknologi dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan big data telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia. Namun, dibalik inovasi yang canggih ini, terdapat kekhawatiran serius tentang dampak lingkungan yang dihasilkan oleh perkembangan ini.

Jejak karbon AI, emisi gas rumah kaca, dan penggunaan energi yang besar menjadi tantangan yang belum terselesaikan.

Saat pandemi COVID-19 melanda, penerapan data dan AI meningkat pesat seiring dengan peningkatan permintaan akan transformasi digital. Namun, pertumbuhan ini juga berarti meningkatnya konsumsi energi dan jejak karbon.

Menurut Forbes, pusat data memiliki jejak karbon yang lebih besar dibandingkan seluruh industri penerbangan. Satu pusat data diperkirakan mengonsumsi listrik setara dengan 50.000 rumah. Sementara itu, untuk melatih model AI, kita memerlukan data yang semakin besar, yang pada gilirannya memerlukan energi yang sangat besar.

Dalam sebuah tinjauan teknologi dari MIT, disebutkan bahwa pelatihan satu model AI dapat menghasilkan lebih dari 626 pon setara karbon dioksida. Angka ini hampir lima kali lipat dari emisi seumur hidup rata-rata mobil Amerika.

Dengan kata lain, perusahaan AI perlu menyadari bahwa penyimpanan data dan pengembangan AI berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, tindakan konkret harus diambil untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan.

Sanjay Podder, Direktur Pelaksana dan Pemimpin Global Inovasi Keberlanjutan Teknologi dari Accenture, menyatakan bahwa pertumbuhan data yang eksponensial dan peningkatan permintaan energi sebenarnya dapat menghambat kemajuan global dalam perubahan iklim.

Saat ini, banyak komunitas AI mengadopsi pendekatan “bigger is better” dalam mengumpulkan data. Namun, pendekatan ini memiliki potensi untuk merusak lingkungan di masa depan.

Para ahli teknologi menilai bahwa semakin besar model AI, semakin besar pula energi yang diperlukan untuk melatihnya. Ini menciptakan ketidakseimbangan antara kinerja yang menurun dengan cepatnya peningkatan energi yang dibutuhkan.

BACA JUGA: Sambut Era Kecerdasan Buatan, Pekerja Indonesia Paling Optimistis

Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan AI dapat mengambil beberapa langkah keberlanjutan yang penting:

1. Meningkatkan Penghitungan Dampak Lingkungan

Perusahaan perlu meningkatkan penghitungan karbon mereka dengan memberikan data yang lebih cepat dan akurat mengenai jejak karbon dan dampak berkelanjutan. Alat seperti Net Zero Cloud, SustainLife, dan Microsoft Cloud for Sustainability dapat membantu perusahaan memvisualisasikan dan memahami dampak dari tindakan mereka.

2. Menghitung Jejak Karbon Model AI

Penggunaan Machine Learning Emissions Calculator dapat membantu praktisi dalam menghitung jejak karbon berdasarkan faktor-faktor seperti penyedia cloud, wilayah grafis, dan perangkat keras.

3. Pemilihan Lokasi Penyimpanan Data

Beberapa pekerjaan pelatihan mesin telah dipindahkan ke wilayah yang lebih ramah lingkungan, seperti Montreal, Kanada, yang menggunakan pembangkit listrik tenaga air.

4. Meningkatkan Transparansi dan Pengukuran

Peneliti AI perlu lebih transparan dalam menyertakan informasi tentang berapa banyak energi yang digunakan dalam model mereka bersama dengan metrik kinerja dan akurasi.

5. Mengikuti Praktik Terbaik Google (4M)

Google telah mengidentifikasi empat praktik terbaik yang dapat mengurangi emisi energi dan karbon secara signifikan. Ini termasuk pemilihan arsitektur model pembelajaran mesin yang efisien, penggunaan prosesor dan sistem yang dioptimalkan untuk pelatihan ML, dan pemilihan lokasi dengan energi bersih.

Dengan mengadopsi praktik-praktik ini, perusahaan dapat berkontribusi pada pengurangan emisi dan dampak lingkungan yang lebih positif.

Peran Teknologi dalam Perubahan Iklim

Selain mengatasi dampak lingkungan AI dan big data, teknologi juga memiliki potensi besar dalam membantu kita mengatasi perubahan iklim. Terdapat tiga teknologi inovatif yang dapat memberikan solusi praktis terhadap perubahan iklim:

1. Google Flood Hub – Sistem Peringatan Dini Banjir

Google Flood Hub menggunakan algoritma machine learning untuk memberikan peringatan dini kepada individu yang tinggal di daerah rawan banjir.

2. Peran AI dalam Adaptasi Iklim

Kecerdasan buatan (AI) akan memainkan peran penting dalam upaya adaptasi iklim, membantu kita menghadapi tantangan perubahan iklim.

3. IoT untuk Pengelolaan Air

Internet of Things (IoT) dapat membantu efisiensi dalam pengelolaan air, yang menjadi semakin penting dalam mengatasi perubahan iklim.

Dalam dunia yang semakin terhubung, perhatian terhadap dampak lingkungan dan upaya berkelanjutan dalam penggunaan teknologi akan memainkan peran kunci dalam menjaga bumi kita tetap berkelanjutan.

 

(Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Hyundai Palisade Hybrid
Sudah Buka Pemesanan di Indonesia, Kapan Pasti Hyundai Palisade Hybrid Rilis?
Tangkas X7
Ketangguhan Motor Listrik Tangkas X7, akan Dibuktikan Lewat Intensitas Ojol!
thumb-small-R0010072_2022-01-24_11-25-22_screenshot
Ricoh Theta A1, Kamera 360 Profesional untuk di Medan Ekstrem
Jasad Bayi di SCBD
Jasad Bayi Laki-Laki Ditemukan Petugas Kebersihan di Kawasan SCBD
Mobil dinas busway
Menyoal Polisi Hormat ke Mobil Dinas Penerobos Busway, Polda Metro: Anggota Saya Fokus ke Kemacetan
Berita Lainnya

1

Empat Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat Langgar Aturan Lingkungan Hidup

2

Legislator Kritik Keras Penambangan Nikel Raja Ampat Papua Barat Daya, Melanggar Regulasi!

3

Sejarah Kelam Jam Malam, dari Abad Kegelapan hingga Era Dedi Mulyadi

4

Respons Beckham Usai Laga Debutnya Bersama Timnas Indonesia Mendapat Apresiasi Tinggi 

5

Pengabdian Kepada Masyarakat – UNIBI TALK: Storytelling sebagai Cara Membentuk Personal Branding yang Autentik dan Konsisten Melalui Media Sosial Instagram
Headline
sapi menangis saat kurban
Kenapa Sapi Menangis Saat Kurban? Cek Jawabannya
Waspada Varian Baru Covid-19, Dinkes Kota Bandung Siagakan RS dan Laboratorium
Waspada Varian Baru Covid-19, Dinkes Kota Bandung Siagakan RS dan Laboratorium
Presiden Prabowo Subianto Serahkan Sapi untuk Masjid Al Ukhuwah Bandung
Presiden Prabowo Subianto Serahkan Sapi 1,2 Ton untuk Masjid Al Ukhuwah Bandung
Prabowo Bersyukur Timnas Indonesia Kalahkan China
Bersyukur Timnas Indonesia Kalahkan China, Prabowo Berharap Bisa Berlaga di Piala Dunia

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.