BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tagar #KaburAjaDulu mendadak viral di media sosial Indonesia, menjadi trending topik di X (sebelumnya Twitter) dan memicu perdebatan sengit. Tagar ini, yang awalnya muncul sebagai ungkapan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, telah berkembang menjadi representasi dari keinginan sebagian masyarakat Indonesia untuk mencari peluang kerja dan pendidikan yang lebih baik di luar negeri.
Analisis media sosial oleh Ismail Fahmi dari Drone Emprit menunjukkan bahwa tagar #KaburAjaDulu mulai muncul pada tahun 2023, dipopulerkan oleh para pegiat teknologi. Data menunjukkan bahwa pengguna tagar ini didominasi oleh kelompok usia 19-29 tahun (50.81%), dengan mayoritas laki-laki (59.92%).
“Kebanyakan mereka yang usianya antara 19-29 tahun yang meramaikan tagar #KaburAjaDulu sebesar 50.81%, lalu yang usia kurang dari 18 tahun 38.10%. Paling banyak dari kalangan laki-laki sebesar 59.92%, lalu perempuan 40.08%,” tulis Ismail Fahmi dalam akun X-nya pada (9/2/2025).
Kekecewaan terhadap pemangkasan anggaran pemerintah, terutama di sektor pendidikan, serta tingginya angka PHK dan terbatasnya lapangan kerja, menjadi pemicu utama.
Fenomena #KaburAjaDulu memunculkan dua sisi pandangan. Di satu sisi, tagar ini memicu diskusi positif tentang pentingnya peningkatan keterampilan dan pencarian peluang di luar negeri untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi.
BACA JUGA: Anies Baswedan Tanggapi Tren “Kabur Aja Dulu“
Tanggaan Mentri P2MI
Menteri P2MI, Abdul Kadir Karding, bahkan menilai tren ini sebagai hal positif, asal imbang dengan peningkatan kapasitas dan keterampilan.
“Kami melihat ada satu hal yang bisa kita isi di sana, yaitu Anda boleh kabur, tapi Anda bekerja saja di luar negeri, daripada kaburnya percuma sia-sia. Kita tingkatkan kapasitas mereka, kita tempatkan mereka bekerja, dapat untung yaitu pekerjaan, dapat gaji, bisa bantu keluarga dan negara,” ujarnya seusai Rapat Kerja Bersama KP2MI Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, mengutip dari Antara Sabtu (15/2/2025).
Di sisi lain, #KaburAjaDulu juga memicu pertanyaan tentang nasionalisme. Menanggapi hal ini, Anies Baswedan menekankan bahwa mencintai Indonesia bukan hanya saat kondisi negara baik-baik saja, tetapi juga saat menghadapi tantangan.
Ia mengakui rasa lelah dan perjuangan yang terasa sia-sia, namun mengajak untuk tetap teguh dan saling mendukung.
Anies juga mencontohkan banyak tokoh bangsa yang berkontribusi bagi Indonesia meskipun hidup di luar negeri. Menekankan bahwa nasionalisme bukan soal lokasi tinggal, melainkan kontribusi bagi negara.
(Hafidah Rismayanti/Usk)