BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Jemaah haji tahun ini akan menggunakan bus, dalam skema perjalanan haji yang disebut “murur” (melintas).
Penggunaan bus pada malam 10 Dzulhijah tahun 2024 tersebut secara taraddudi (wira-wiri) tanpa menurunkan jemaah haji di Muzdalifah.
Dalam hal ini, jemaah haji yang telah selesai melaksanakan wukuf di Arafah pada petang harinya akan diangkut langsung menuju Mina.
Pertimbangan Penerapan Skema “Murur”
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memutuskan untuk menerapkan skema ini demi mengurangi risiko yang dapat dihadapi oleh jemaah haji.
Utamanya, skema ini bertujuan untuk mencegah terulangnya peristiwa pada musim haji tahun lalu, di mana banyak jemaah haji Indonesia yang terlantar di Muzdalifah hingga siang hari tanggal 10 Zulhijjah.
Perspektif Hukum dalam Fiqh
Masalah hukum mengenai skema “murur” Muzdalifah telah dibahas dalam berbagai kitab fiqh serta forum Ijtima’ Ulama.
Secara prinsip, meskipun mabit (bermalam) di Muzdalifah termasuk wajib dalam ibadah haji, bagi jemaah haji yang berhalangan, diperbolehkan untuk tidak berdiam lama dari mulai waktu magrib hingga pertengahan malam atau sebelum terbit fajar di Muzdalifah.
Dengan adanya skema ini, diharapkan jemaah haji dapat menjalankan rangkaian ibadah dengan lebih lancar dan aman, serta terhindar dari risiko keterlambatan atau kendala lainnya yang dapat mengganggu pelaksanaan ibadah haji mereka.
Niat Mabit
Di atas kendaraan yang melaju pelan dan sesekali berhenti karena kepadatan lalu lintas, saat melintasi daerah Muzdalifah, bacalah niat dalam hati maupun dengan lisan kalimat, dengan niat berikut:
أبيت هذه الليلة بالمشعر الحرام للحج قربة الى الله تعالى
Artinya: Saya niat mabit pada malam hari ini di Masyarakat Haram untuk berhaji mendekatkan diri kepada Allah SWT.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Niat dilakukan sebagai bentuk itikad baik, yang mana jemaah haji benar-benar menjalankan mabit meskipun hanya sebentar di atas kendaraan.
Jemaah haji tidak sekadar melintas begitu saja, tetapi mereka berdiam diri sebentar di kawasan Muzdalifah yang dilalui kendaraan.
Selain berniat, ketika melewati kawasan Muzdalifah (kecuali lembah Muhassir), jemaah haji di dalam kendaraan sangat dianjurkan untuk memperbanyak bacaan tarbiyah, takbir, bersalawat, dan beristighfar memohon ampunan dari Allah SWT.
BACA JUGA: Kriteria Jemaah Haji Lansia yang Disafariwukufkan, Kenali Prosedurnya
Apabila jemaah haji mampu meresapi dan menghayati setiap ritual haji dengan sepenuhnya, perjalanan antara Arafah, Muzdalifah, hingga Mina akan menjadi bermakna. Apalagi, pengalaman tersebut hanya di dapatkan sekali selama pelaksanaan ibadah haji.
(Virdiya/Aak)