Ini yang Tersembunyi di Balik Kesenian Bangreng

Kesenian Bangreng
(Tangkap Layar YouTube Krisna Euy)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kesenian Bangreng, yang mewarnai budaya Sumedang, menyimpan kisah yang luar biasa. Perjalanan panjangnya, yang mulai dari abad XV, merupakan bukti nyata bagaimana seni dapat menjadi jembatan penyebaran nilai-nilai luhur.

Kisah ini bermula dari penyebaran agama Islam di Sumedang, yang kala itu masih menganut kepercayaan Hindu. Sunan Gunung Jati, tokoh penyebar Islam di Jawa Barat, mengutus empat orang, salah satunya Eyang Wangsakusumah, untuk menebarkan ajaran Islam di daerah tersebut.

Dengan pendekatan yang unik, Sunan Gunung Jati dan para utusannya menggunakan kesenian sebagai media dakwah. Mereka menghadirkan pertunjukan “Terbang”, yang terbuat dari sisa-sisa kayu pembangunan masjid.

Terbang, yang awalnya hanya empat buah, melambangkan keempat utusan Sunan Gunung Jati, kemudian berkembang menjadi pertunjukan yang lebih meriah. Pada abad XVII, seni Terbang mulai ada dalam acara-acara keagamaan seperti mauludan, rajaban, dan hari raya Islam.

Seiring waktu, seni Terbang mengalami transformasi. Nama dan alat musik pengiringnya berubah, melahirkan kesenian Gembyung. Namun, nama Gembyung hanya bertahan selama 10 tahun sebelum akhirnya bermetamorfosis menjadi Bangreng, yang merupakan gabungan dari “Terbang” dan “Ronggeng”.

BACA JUGA : Mengenal Seni Kabaret: Menggabungkan Tarian, Nyanyian, dan Komedi

Bangreng, yang diiringi oleh ronggeng (wanita yang menjadi juru sekar/penyanyi), menjadi simbol kesenian yang kaya makna. Eyang Wangsakusumah, dengan kecerdasannya, mengaitkan tujuh huruf dalam kata “terbang” dengan tujuh hari dalam seminggu, sebagai pengingat untuk melaksanakan sholat lima waktu.

Kesenian Bangreng, yang kini menjadi bagian integral dari budaya Sumedang, memiliki peran yang multifungsi. Ia menjadi sarana hiburan, upacara, dan pertunjukan.

Bangreng, yang telah melewati perjalanan panjang dan penuh makna, merupakan bukti bagaimana seni dapat menjadi wahana penyebaran nilai-nilai luhur, sekaligus menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya.

 

(Hafidah Rismayanti/Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
jetour g700
Jetour Pamerkan Jetour G700, SUV Amfibi!
Boruto Season 2
Setelah 2 Tahun Vakum, Boruto Comeback dengan Season 2!
Peran Utama Film Gundik
Awalnya Bukan Luna Maya! Anggy Umbara Bocorkan Fakta di Balik Pemilihan Peran Utama Film Gundik
noel sidak
Viral, Noel Dicueki saat Sidak Kantor di Pekanbaru: Kayak di Surabaya?
MPL ID
MPL ID x NBA, Saat Esports dan Basket Bersatu di Satu Arena
Berita Lainnya

1

Bupati Cirebon Luncurkan Program 'DAKOCAN'

2

Gedung BPJS Kesehatan Cempaka Putih Jakarta Pusat Kebakaran, 19 Unit Mobil Pemadam Dikerahkan

3

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

4

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

5

Kronologi Kebakaran Gedung BPJS Kesehatan Cempaka Putih Jakarta
Headline
pemain sirkus OCI
Kisah Tragis Mantan Pemain Sirkus OCI, Disetrum Hingga Makan Kotoran
Mahasiswa HI Unair
Tembus KBRI Turki! Mahasiswa HI UNAIR Ungkap Serunya Magang di Ankara
ASN jakarta wajib naik angkutan umum
Pergub Terbaru, ASN Jakarta Wajib Naik Angkutan Umum Tiap Rabu!
bukalapak defisit
Bukalapak Defisit Rp 10 Triliun, BEI Pertanyakan Keputusan Buyback Saham

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.