BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Anggota Direktorat Perubahan Iklim BMKG, Alif Akbar, mengatakan peningkatan cuaca dan iklim ekstrem dipegaruhi pemanasan global. Akibatnya, terlihat dari kejadian cuaca ekstrim yang terjadi pada periode 2000 sampai dengan 2023 meningkat 4 kali lebih sering jika dibandingkan periode 1970.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat cuaca ekstrem meningkat empat kali lebih sering dalam lima dekade terakhir. Bencana hidrometeorologi di Indonesia akan berlangsung sepanjang tahun atau tidak pernah absen setiap bulannya.
“Jadi di pada tahun 1970-an itu kejadian ekstrim hanya 100 kejadian per tahun. Sedangkan untuk tahun 2000-2003 ini meningkat hingga 4 kali mencapai 400 kejadian per tahun,” ucapnya dalam seminar KLH dipantau virtual, Rabu (16/4/2025).
BACA JUGA:
BMKG Ungkap Sejumlah Resiko Saat Musim Kemarau Dimulai
BMKG Sebut Patahan Citarik Diduga Sebabkan Gempa Magnitudo 4.1 Kota Bogor
Menurut Alif, bencana hidrometeorologi di Indonesia terus berlangsung sepanjang tahun. Bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia pada rentan waktu Desember hingga Februari terkait dengan musim hujan.
Adapun bencana yang terjadi pada periode tersebut adalah banjir, tanah longsor, dan gelombang tinggi.
Kemudian pada periode Maret hingga Mei atau masa peralihan antara musim hujan dan kemarau bencana hidrometeorologi yang sering terjadi adalah badai, angin putting beliung, hingga hujan es.
“Kemudian di Juni, Juli, Agustus yang sebagian besar musim kemarau dapat dilanda kekeringan, kebakaran hutan,” ujarnya.
Lebih lanjut Ia mengatakan kondisi iklim dunia saat ini mempengaruhi semakin seringnya terjadi bencana hidrometeorologi di dunia dan Indonesia. Bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia mulai dari banjir, angin puting beliung, hingga kekeringan.
(Usk)