BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kawasan hutan wisata Gunung Tangkuban Perahu, di perbatasan Kabupaten Bandung Barat – Subang, Jawa Barat terpantau adanya titik api kebakaran. Itu diketahui dari laporan petugas pos pengamatan gunung api Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Kondisi kebakaran tersebut terpantau kamera pengawas pos pengamatan Gunung Api Tangkuban Perahu. Petugas pos pengamatan mendapati asap putih dan pijar merah api kebakaran terlihat menyala berlokasi di atas kawah baru atau dekat dengan Upas Hills,” kata Kepala Badan Geologi M Wafid dalam keterangannya, Rabu (4/9/2024).
Menurut dia, kondisi tersebut dibenarkan melalui konfirmasi pihak pengelola wisata alam Gunung Tangkuban Perahu PT GRPP dan warga. Kebakaran hutan wisata terjadi di titik yang sama sesuai pengamatan kamera pengawas.
“Secara rinci lokasi kebakaran belum diketahui pasti. Tapi sampai saat ini masyarakat dan pihak terkait termasuk pengelola taman wisata alam masih berupaya melakukan pemadaman api,” ujarnya.
BACA JUGA: Jawa Barat Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan di 27 Kabupaten/Kota
Badan Geologi memastikan kebakaran tersebut tidak mengganggu stasiun pemantauan gunung api Tangkuban Parahu dikarenakan lokasinya berjauhan dari lokasi kejadian. Begitupun kondisi gunung api berketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut itu dipastikan normal.
“Kenormalan itu dijelaskan berdasarkan pemantauan secara visual kondisi Kawah Ratu dan Kawah Ecoma Gunung Tangkuban Perahu yang tidak terlihat anomali. Di mana hembusan asap kawah dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya pada pukul 14.27 WIB,” ucapnya.
Diketahui aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu secara kegempaan masih didominasi oleh gempa-gempa berfrekuensi rendah. Ini yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan.
“Sedangkan jenis gempa vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma belum menunjukkan tingkat kejadian yang signifikan. Atau rata-rata terjadi kurang dari satu kejadian per hari,” katanya.
“Hasil pemantauan deformasi dengan peralatan Tiltmeter maupun Electronic Distance Measurement (EDM) pada bulan ini belum menunjukkan adanya pola penambahan tekanan. Ini yang signifikan dari bawah permukaan terhadap respon penggembungan pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu,” ujarnya menambahkan.
(Usk)