Site icon Teropong Media

HRD Sebut 90 Persen Job Fair Bekasi Ternyata Cuma Formalitas!

Job Fair

HRD tanggapi soal Job Fair (Instagram/@folkkonoha)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dalam beberapa waktu terakhir, job fair kembali mencuri perhatian publik, terutama di kalangan anak muda yang tengah berburu pekerjaan impian.

Ribuan pencari kerja rela berdesak-desakan, mengantre panjang, bahkan sampai ada yang pingsan seperti yang terjadi di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Namun, di balik semaraknya antusiasme para pencari kerja, terselip fakta pahit yang tak banyak diketahui publik. Sebuah pengakuan mengejutkan dari seorang staf HRD menyebut bahwa 90 persen perusahaan yang ikut serta dalam job fair ternyata tidak benar-benar membuka lowongan pekerjaan.

“Job fair itu omong kosong. Heran kok masih ada cari kerja offline sekarang. Cari kerja offline itu apa? Sekarang sudah online. Kalaupun offline, langsung ke perusahaan,” kata seorang HRD dalam video yang diunggah akun Instagram @folkkonoha Senin (2/6/2025).

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa ajang job fair kerap dimanfaatkan untuk pencitraan atau branding oleh dinas terkait, bukan sebagai wadah rekrutmen sesungguhnya.

“Job fair itu digunakan untuk branding kantor, kerja sama dengan dinas terkait. KPI orang kedinasan itu,” tegasnya.

Baca Juga:

Antusiasme Kerubuni Job Fair di Bekasi, HRD Bongkar Sisi Gelap!

Rieke Diah Pitaloka Soal Job Fair Bekasi: Saya Sedih Melihatnya

HRD lain turut bersuara

Buntut dari video viral tersebut sejumlah orang turut bersuara, melihat tangkapan layar dari akun @kitabuku.id memperlihatkan pernyataan HRD lain yang tak kalah blak-blakan mengomeentari soal Job Fair.

“Buat teman-teman ini hanya info bukan nakutin or jatuhin mental kalian, aku salah satu staf HRD dan 90 persen seperti ini hanya formalitas karena perusahaan dipaksa oleh pemerintah untuk mengikuti kegiatan ini padahal kita nggak lagi cari pekerja,” tulisnya, dikutip Sabtu (31/5/2025).

Keterangan tersebut juga menyiratkan dilema yang dihadapi perusahaan. Di satu sisi, mereka harus patuh pada desakan pemerintah untuk berpartisipasi. Di sisi lain, mereka tidak sedang dalam posisi merekrut tenaga kerja baru.

“Lihat begini sebenarnya sakit hati, kasihan campur aduk tapi pihak perusahaan tidak bisa berbuat apa-apa daripada harus bayar denda,” tambahnya.

Sontak, pernyataan ini menyulut rasa kecewa dari banyak pelamar kerja. Waktu, tenaga, hingga biaya yang mereka keluarkan untuk mengikuti job fair terasa sia-sia ibarat mengejar bayangan harapan.

Sebagai solusi, HRD tersebut memberikan masukan konstruktif kepada para pencari kerja agar tidak sepenuhnya menggantungkan harapan pada job fair.

“Saran saja kalau ingin cari loker paling akurat itu di Jobstreet atau aplikasi sejenis,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya memperluas jaringan relasi sebagai strategi alternatif.

“Tambah relasi juga karena banyak perusahaan menanyakan rekomendasi pada karyawannya dan pelamar rekomendasi tersebut persentase diterimanya 70 persen kalau emang skill-nya sesuai dengan harapan perusahaan. Jadi tetap semangat ya buat yang cari kerja,” tulisnya.

(Hafidah Rismayanti/Aak)

Exit mobile version