Site icon Teropong Media

Hajat Laut Pangandaran 2025: Perpaduan Sakral Satu Suro dan Jumat Kliwon yang Terjadi 21 Tahun Sekali

Pangandaran

Warga Pangandaran lakukan hajat laut (dok.mypangandaran)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Perayaan Hajat Laut di Pantai Barat Pangandaran tahun ini jadi pusat perhatian, bukan hanya karena kemeriahannya, tapi juga karena bertepatan dengan Satu Suro yang jatuh pada Jumat Kliwon, Jumat (27/6/2025).

Kombinasi waktu ini dikenal sangat sakral dalam budaya Jawa dan Sunda, sehingga menjadikan perayaan tahun ini terasa jauh lebih istimewa dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tokoh budaya Pangandaran, Yana Macan, menyebut bahwa momen ini sangat jarang terjadi.

“Ini sangat spesial. Untuk kembali bertemu dengan momen seperti ini, kita harus menunggu hingga 21 tahun. Tahun depan saja tidak akan ada Jumat Kliwon di bulan Muharam,” ungkap Yana dengan penuh kebanggaan mengutip dari fokusjabar pada Jumat (27/6/2025).

Kombinasi Budaya dan Spiritualitas yang Kuat

Yana, yang juga merupakan anggota Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Pangandaran, menekankan pentingnya momentum ini sebagai penguat identitas budaya daerah.

Ia berharap Hajat Laut bisa terus dikembangkan sebagai agenda budaya ikonik dan menjadi daya tarik wisata yang membedakan Pangandaran dari daerah lain.

“Saya ingin tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi salah satu kekayaan budaya yang membedakan Pangandaran dari daerah lain,” tambahnya.

Hajat Laut bukan sekadar acara seremonial, tapi juga bentuk penghormatan masyarakat pesisir kepada alam dan Sang Pencipta.

Baca Juga:

Dilema Bandara, Kemenhub Kaji Reaktivasi Husein, Bandung Desak Akses Udara Dipulihkan

Farhan Desak Reaktivasi Bandara Husein untuk Segera Dibuka!

Ungkapan Syukur Warga Pesisir Lewat Tradisi Laut

Ketua pelaksana Hajat Laut, Edi Rusmiadi, menjelaskan kegiatan ini merupakan ungkapan syukur para nelayan atas rezeki yang diperoleh dari laut. Tak hanya nelayan, semua warga yang menggantungkan hidup dari laut ikut terlibat aktif dalam perayaan ini.

“Ini adalah bentuk syukur kami, para nelayan dan masyarakat pesisir, atas berkah yang kami terima dari laut. Semua warga yang mendapat penghasilan dari laut terlibat dalam perayaan ini,” terang Edi.

Salah satu rangkaian acara yang menjadi sorotan adalah ijab dongdang yang dilaksanakan saat waktu sareupna (menjelang malam). Dalam prosesi ini, masyarakat membawa nasi tumpeng, makanan, dan minuman hasil bumi lainnya untuk didoakan bersama.

Usai doa bersama, seluruh warga makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur. Makanan dan sesaji kemudian dijaga semalam penuh, dalam prosesi yang dikenal sebagai “dikemit sampai bray”, yang menandai kesungguhan dan penghormatan terhadap rezeki dari alam.

(Hafidah Rismayanti/Budis)

Exit mobile version