Site icon Teropong Media

Gegara Diskon Listrik, Indonesia Deflasi Pertama Sejak 25 Tahun

indonesia deflasi diskon listrik

Ilutrasi. (PLN)

Jakarta, Indonesia Semtinel — Indonesia mencatat deflasi pada Februari 2025, menjadi yang pertama dalam 25 tahun sejak terakhir kali terjadi pada tahun 2000. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan sebesar 0,48% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 0,09% secara tahunan (year-on-year/yoy). Indonesia deflasi  salah satu penyebabnya aalah pemberian diskon listrik

Deflasi ini menjadi yang kedua secara beruntun setelah pada Januari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,76%. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menegaskan bahwa penurunan harga ini bukan disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, melainkan karena kebijakan pemerintah yang memberikan diskon tarif listrik sebesar 50%.

Dampak Diskon Tarif Listrik

Pemerintah memberikan potongan tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan PT PLN (Persero) dengan daya 2.200 volt ampere (VA) ke bawah selama Januari hingga Februari 2025. Kebijakan ini berkontribusi besar terhadap deflasi dalam dua bulan terakhir.

“Ini bukan karena daya beli yang melemah, tetapi lebih disebabkan oleh dampak diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah,” ujar Amalia dalam konferensi pers pada Senin (3/3/2025), dikutip dari CNBC Indonesia.

Komponen Inflasi dan Deflasi

BPS mencatat bahwa inflasi dan deflasi dipengaruhi oleh tiga komponen utama, yaitu inflasi inti, harga yang diatur pemerintah (administered prices), dan harga yang bergejolak (volatile prices).

Pada Februari 2025, deflasi terutama disebabkan oleh komponen harga yang diatur pemerintah, yang mencatat deflasi sebesar 9,02% dan berkontribusi sebesar 1,77% terhadap deflasi secara keseluruhan. Kebijakan diskon tarif listrik menjadi faktor utama dalam penurunan harga di sektor ini.

Di sisi lain, komponen inflasi inti yang mencerminkan daya beli masyarakat masih mencatat inflasi tahunan sebesar 2,48% dan menyumbang 1,58% terhadap inflasi keseluruhan. Beberapa komoditas yang berkontribusi pada inflasi inti antara lain perhiasan emas, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

Baca Juga:

Imbas Laba Turun Drastis, Chevron Konfirmasi Rencana PHK 9.100 Karyawan

Pengamat: Penutupan Pabrik Sritex Sebagai Permasalahan Besar Bagi Industri Tekstil Nasional

“Inflasi inti masih bertahan di level 2,48% year-on-year, yang biasanya mencerminkan daya beli masyarakat. Faktor utama di balik deflasi tahunan adalah kebijakan diskon tarif listrik yang masih berlangsung hingga Februari,” kata Amalia.

Sementara itu, komponen harga bergejolak justru mengalami inflasi sebesar 0,56%, dengan kontribusi 0,10% terhadap inflasi keseluruhan. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dalam kelompok ini adalah cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah.

Sebagai informasi, pada periode Januari hingga Februari 2025, pemerintah Indonesia melalui PT PLN (Persero) memberikan diskon tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 2.200 Volt Ampere (VA) ke bawah. Program ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat setelah kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada awal tahun tersebut.

Mekanisme Pemberian Diskon

Program diskon tarif listrik 50% ini resmi berakhir pada 28 Februari 2025. Mulai 1 Maret 2025, tarif listrik kembali normal sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebelum adanya diskon.

Dengan berakhirnya program ini, pelanggan diharapkan menyesuaikan kembali anggaran rumah tangga mereka sesuai dengan tarif listrik yang berlaku saat ini.

(Dist)
Exit mobile version