BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menegaskan komitmennya untuk mengurai kemacetan lalu lintas yang semakin parah di Kota Bandung. Dengan jumlah kendaraan pribadi yang telah menembus 2,3 juta unit nyaris menyamai jumlah penduduk sebanyak 2,6 juta jiwa, Farhan menyebut kondisi ini sudah masuk kategori darurat mobilitas.
“Jumlah jalan kita sangat terbatas, dan mustahil menambah ruas baru di tengah kepadatan kota. Solusinya harus terintegrasi,” kata Farhan, Sabtu (5/7/2025).
Salah satu langkah jangka pendek yang tengah didorong Pemkot Bandung adalah percepatan penyelesaian Flyover Nurtanio. Farhan menyatakan telah meminta pemerintah pusat untuk memprioritaskan proyek ini sebagai solusi cepat mengurangi simpul kemacetan di wilayah timur laut kota.
“Kami minta dengan sangat agar flyover ini segera dituntaskan. Ini salah satu simpul kemacetan paling kritis,” ucapnya.
Baca Juga:
Wali Kota Bandung Siapkan Insentif Rp 1 Miliar, RW Aktif Dapat Bonus Tambahan
Untuk jangka panjang, Farhan menyebut Pemkot Bandung tengah bekerja sama dengan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Bank Dunia untuk membangun sistem Bus Rapid Transit (BRT).
Moda transportasi massal ini diharapkan dapat menjadi alternatif utama masyarakat sekaligus mengurangi dominasi kendaraan pribadi.
“Kami sedang mengembangkan sistem BRT modern. Harapannya, bisa segera berjalan sebagai solusi jangka panjang yang berkelanjutan,” ujarnya.
Langkah lain yang disiapkan adalah program angkot pintar yang kini masih dalam tahap studi kelayakan. Inisiatif ini bertujuan mentransformasi angkot menjadi moda transportasi digital, nyaman, dan terintegrasi.
Di sisi lain, Pemkot juga mulai membenahi fasilitas pejalan kaki. Sejumlah trotoar ramah pedestrian dibangun di ruas jalan utama seperti Jalan Sumatra, Jalan Aceh, Jalan Kalimantan, dan Jalan Belitung. Upaya ini tidak hanya bertujuan memperbaiki aksesibilitas, tetapi juga mendorong budaya berjalan kaki sebagai bagian dari mobilitas urban yang sehat.
“Kita ingin Bandung lebih manusiawi dan efisien. Transportasi publik, ruang jalan, dan trotoar harus terhubung dalam satu ekosistem mobilitas yang layak,” katanya.
Farhan juga berharap, rangkaian strategi tersebut dapat memperbaiki sistem transportasi kota secara bertahap dan berkelanjutan.
“Ini bukan pekerjaan instan, tapi kami optimistis kemacetan bisa dikendalikan jika semua pihak bergerak bersama,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)