BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Bandung, Andri Darusman, menyatakan pihaknya terus mendorong inklusi ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas.
Salah satunya dengan menghimbau perusahaan swasta agar memenuhi kewajiban mempekerjakan penyandang disabilitas minimal 1% dari total karyawan. Sementara untuk instansi pemerintahan, porsi yang diwajibkan bahkan mencapai 2%.
Menurutnya, hingga saat ini pihaknya mencatat sebanyak 240 penyandang disabilitas telah bekerja di 64 perusahaan di Kota Bandung. Mayoritas merupakan penyandang disabilitas fisik ringan yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia industri.
“Komitmen ini harus kita perkuat bersama, bahwa para penyandang disabilitas juga memiliki hak dan kemampuan untuk berkontribusi di dunia kerja,” kata Andri Darusman, Minggu (30/6/2025).
Baca Juga:
Revitalisasi Teras Cihampelas Dimulai Akhir 2025, Siap Jadi Pusat UMKM dan Wisata Kota Bandung
Sebagai bentuk keseriusan, pihaknya Kota Bandung juga berencana merekrut dua penyandang disabilitas untuk bekerja di lingkungan kantornya sendiri. Langkah ini diambil untuk memberikan contoh nyata serta memperkuat penerapan kebijakan inklusif di instansi pemerintahan.
“Kami ingin menjadi pelopor, bahwa instansi pemerintah juga harus memberikan ruang kerja yang layak bagi teman-teman disabilitas,” ucapnya.
Dengan langkah tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berharap tercipta lingkungan kerja yang lebih inklusif, adil, dan manusiawi bagi seluruh warga, termasuk para penyandang disabilitas.
Sebelumnya, di tengah semangat inklusi yang terus digaungkan pemerintah, masih banyak penyandang disabilitas yang berjuang keras mendapatkan kesempatan kerja. Salah satunya yakni Anastasia Natania F atau yang akrab disapa Tasya.
Tasya merupakan penyandang disabilitas tunarungu. Meskipun memiliki keterbatasan dalam komunikasi verbal, semangatnya untuk hidup mandiri tidak pernah padam. Dirinya datang ke pameran kerja (job fair) di Graha Manggala Siliwangi pada Selasa (17/6/2025) beberapa waktu lalu.
Tasya datang bersama rekan sesama alumni SLB Negeri Sukapura, dengan harapan bisa menemukan peluang kerja.
“Saya sudah melamar di banyak tempat, terutama di kedai-kedai kopi. Sudah lebih dari 30 kali mencoba, tapi belum ada yang menerima,” ujarnya
Sejak lulus pada 2022, Tasya tidak tinggal diam. Dirinya aktif mencari informasi lowongan kerja, mengirim lamaran, bahkan belajar dari pengalaman ditolak. Bagi Tasya, setiap penolakan bukanlah akhir dari perjuangan.
“Yang penting terus berjuang. Jangan menyerah,” ungkapnya
Tasya juga mengaku telah hampir satu tahun menunggu kesempatan kerja yang benar-benar membuka ruang bagi penyandang disabilitas.
Meski prosesnya panjang dan seringkali melelahkan, ia tetap yakin bahwa kesempatan itu akan datang di waktu yang tepat.
Tasya datang ke job fair bukan hanya membawa harapan pribadi, tapi juga harapan banyak teman-temannya sesama disabilitas.
Bersama rekannya, Shilvia, yang juga tunarungu, Tasya berharap pemerintah, khususnya Wali Kota Bandung, bisa lebih serius membuka akses kerja bagi kaum disabilitas.
“Saya ingin pemerintah, terutama Pak Wali Kota Bandung, bisa bantu kami. Kami siap bekerja. Kami hanya butuh kesempatan,” ujarnya.
Tasya dan Shilvia ingin dikenali bukan karena keterbatasan mereka, tetapi karena kemauan dan kemampuan yang mereka miliki. Kisah mereka menjadi pengingat bahwa inklusi bukan hanya soal kebijakan, tapi tentang kemanusiaan dan keadilan.
“Semoga ada yang melihat kami bukan sebagai beban, tapi sebagai bagian dari solusi,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)