JAKARTA,TM.ID: Akademisi dari Universitas PGRI Sumatera Barat, dr Firdaus menyebut, terdapat 93,0 persen informasi bohong atau hoax berupa isu politik sosial.
Data ini berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2021. Hoax sosial politik itulah yang banyak beredar di masyarakat.
“Berita bohong berdasarkan penelitian dilakukan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) tahun 2021, yang paling banyak beredar itu menyangkut sosial dan politik,” kata Firdaus melansir Antara, Kamis (27/7/2023).
BACA JUGA: Termakan Hoaks, Jamaah Haji di NTB Kompak Lakukan Pembatalan
Menurut dia, perlu antisipasi atas maraknya hoax di kalangan masyarakat. Apalagi, pesta politik Pemilu 2024 sudah di depan mata.
“Sebentar lagi tahun politik, maka masyarakat harus hati-hati mengantisipasi hoax yang beredar,” tegasnya.
Kemunculan berita hoax, kata dia, merupakan tindakan atas kesengajaan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Tujuannya, untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat dengan cara penggiringan opini.
Isi informasi hoax yang sampai ke masyarakat itu merupakan informasi yang sehari-harinya dekat dengan masyarakat.
Dis isi lain, mahasiswa UI juga melakukan penilitian tentang isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) menempati posisi kedua dengan presentase 76,20 persen.
BACA JUGA: Kominfo Minta Masyarakat Tak Kotori Ruang Digital Jelang Pemilu 2024
Selaras dengan Firdaus, Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga Prof Henri Subiakto menyampaikan, pengguna internet di Indonesia mencapai 212 juta atau setara 77 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Menurutnya, dampak berita hoax bisa membuat pola pikir menjadi salah. Melejitnya berita bohong di berbagai platform media sosial, atas pengaruh beberapa hal, salah satunya kuantitas jumlah pengguna.
“Jumlah pengguna dan interaksi media sosial itu sangat pesat. Semuanya bisa menjadi komentator, provokator atau manipulator,” ujarnya.
(Saepul/Aak)