Site icon Teropong Media

ChatGPT Bikin Malas Berpikir? Studi MIT Ungkap Fakta Mengejutkan

Harga ChatGPT Plus

Ilustrasi. (pixabay)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Sebuah studi terbaru dari MIT Media Lab memicu diskusi hangat di kalangan pendidik dan pengguna teknologi.

Studi tersebut mengungkap bahwa penggunaan chatbot berbasis AI seperti ChatGPT secara pasif dan berlebihan dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis, terutama pada kalangan muda.

Penelitian yang dipimpin oleh ilmuwan riset Nataliya Kosmyna ini melibatkan 54 partisipan berusia 18–39 tahun yang dibagi dalam tiga kelompok, menggunakan ChatGPT, riset lewat Google, dan menulis tanpa bantuan alat apa pun.

Semua peserta diminta menulis esai dengan topik-topik pemikiran kritis, sambil aktivitas otak mereka direkam menggunakan alat EEG.

Hasilnya cukup mencengangkan. Kelompok pengguna ChatGPT menunjukkan aktivitas otak terendah, terutama pada area yang berhubungan dengan kontrol eksekutif dan perhatian.

Selain itu, esai mereka dinilai kurang orisinal dan cenderung seragam. Lebih buruk lagi, mereka menunjukkan ketergantungan tinggi terhadap output AI dan kesulitan merekonstruksi tulisan mereka ketika diminta menulis ulang tanpa bantuan.

Kosmyna menyuarakan kekhawatiran bahwa ketergantungan terhadap AI tanpa proses berpikir aktif bisa berdampak jangka panjang, terutama pada otak yang masih berkembang.

Ia bahkan menyebut potensi munculnya kebijakan pendidikan yang terlalu bergantung pada AI, seperti “TK GPT”, sebagai skenario yang perlu diwaspadai.

Meski demikian, studi ini tidak menyalahkan teknologi AI secara mutlak. Dalam pengujian lanjutan, kelompok yang awalnya menulis tanpa bantuan dan kemudian diberi akses ke ChatGPT justru menunjukkan peningkatan aktivitas otak, menandakan bahwa penggunaan yang bijak dapat membawa manfaat.

ChatGPT bukan musuh, tapi alat bantu. Gunakan untuk brainstorming, mengecek tata bahasa, atau memahami konsep, bukan sebagai jalan pintas sepenuhnya.

Baca Juga:

OpenAI Perkenalkan Plugin Canva untuk Chatbot AI ChatGPT

Berpikir kritis perlu dilatih. Jika kita menyerahkan semua ke AI, lama-lama kemampuan otak untuk memproses informasi bisa melemah.

Pahami sebelum salin. Copy-paste tanpa memahami isi hanya akan menghambat pembelajaran.

ChatGPT, layaknya teknologi lain, adalah alat. Jika digunakan dengan strategi dan kesadaran, ia bisa memperkuat proses belajar.

Tapi jika digunakan secara pasif, hanya untuk menggugurkan tugas, maka risikonya adalah kemunduran kognitif.

Dengan teknologi yang berkembang begitu cepat, studi ini menjadi pengingat penting, teknologi seharusnya memperkuat kapasitas manusia, bukan menggantikannya.

(Budis)

Exit mobile version