BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali jadi sorotan publik, apalagi setelah menurunnya populasi sapi perah di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2022 lalu.
Melihat ancaman serius yang bisa mengancam ekonomi peternakan lokal, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail akhirnya turun langsung dengan meluncurkan Satgas Penanganan PMK dalam gelaran Rapat Anggota Tahunan (RAT) KPSBU Lembang.
Bupati Jeje menyampaikan apresiasi penuh kepada pengurus dan anggota KPSBU Lembang atas dedikasi mereka dalam menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Menurutnya, peran sektor sapi perah sangat vital bagi ketahanan ekonomi dan pangan daerah.
“Meskipun wabah PMK tahun 2022 sempat menurunkan populasi sapi perah menjadi sekitar 26.723 ekor (dengan 51% di antaranya milik anggota KPSBU Lembang), produksi susu kini stabil di angka 12-15 liter per ekor per hari. Pemerintah daerah berkomitmen meningkatkan produksi susu melalui berbagai dukungan teknis dan kebijakan,” kata Bupati pada Kamis (24/4/2025).
Langkah konkret pun dilakukan. Satgas Penanganan PMK yang diluncurkan akan melibatkan unsur Pemerintah Daerah, TNI, Polri, Koperasi, asosiasi peternakan, hingga pihak swasta.
Baca Juga:
Kasus PMK di Kota Bandung Nihil
Langkah Dinsos Antisipasi Lonjakan PMKS di Kota Bandung Jelang Ramadhan
Pencegahan PKM
Fokus utamanya adalah vaksinasi massal dan pencegahan penyebaran PMK, sebuah langkah strategis demi menjaga kesejahteraan peternak.
“Sebanyak 26.000 dosis vaksin telah disiapkan, konsultasi kesehatan ternak, penyediaan desinfektan 600 liter, vitamin B Comp 600 strip, dan APD 1.000 unit. Pemerintah daerah berkomitmen memberantas PMK dan memastikan kesejahteraan peternak. Sesuai visi Kabupaten Bandung Barat yang ‘AMANAH’ (Agamis, Maju, Aspiratif, Nyaman, Adaptif, dan Harmonis),” tegas Jeje.
Tak hanya fokus pada wabah PMK, Bupati Jeje juga menyoroti pentingnya pengelolaan limbah peternakan yang masih menjadi tantangan besar di lapangan. Tiga langkah strategis akan diambil:
Meningkatkan kesadaran masyarakat soal pentingnya pengelolaan limbah ternak yang baik.
Membangun unit pengolahan limbah komunal untuk mengubah kotoran hewan menjadi pupuk dan biogas.
Meningkatkan pengawasan rutin terhadap pengelolaan limbah secara menyeluruh.
Menurut Jeje, potensi sektor sapi perah sebenarnya tak berhenti pada susu. Ia menegaskan bahwa daging, jeroan, kulit, tulang, bahkan kotoran dan urin ternak bisa diolah menjadi komoditas bernilai tinggi. Ini berarti, peternakan tak hanya menyumbang pangan, tapi juga lapangan kerja dan inovasi ekonomi.
“Jangan hanya melihat ternak sebagai penghasil limbah, tetapi sebagai sumber daya multidimensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal,” pesan Jeje.
Dengan kolaborasi lintas sektor dan komitmen kuat dari pemimpin daerah. Bandung Barat bersiap menjadi contoh sukses penanganan PMK dan pengelolaan peternakan berkelanjutan di Indonesia.
(Hafidah Rismayanti/Budis)