BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mengimbau masyarakat tetap waspada terkait peralihan cuaca ekstrem dari panas di siang hari ke dingin di malam hari selama musim kemarau.
Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menyatakan, pentingnya kesiapsiagaan masyarakat terhadap kondisi cuaca yang berubah secara drastis.
“Cuaca panas di siang hari dan dingin di malam hari adalah fenomena alamiah yang sering terjadi di musim kemarau. Masyarakat harus waspada terhadap dampak cuaca ekstrem ini,” ujar Teguh di Bandung, dikutip Selasa (16/7/2024).
Saat ini, kata Teguh, wilayah Bandung Raya sudah memasuki awal musim kemarau dan didominasi oleh angin timuran atau monsun Australia.
Angin ini membawa massa udara dingin dan kering, sehingga menyebabkan suhu di pagi hari menjadi dingin dan di siang hari menjadi sangat panas. Tapi, di sore atau malam hari masih berpotensi terjadi hujan.
“Suhu minimum di Bandung Raya berkisar antara 16 hingga 20 derajat Celsius, sedangkan suhu maksimum bisa mencapai 29 hingga 30 derajat Celsius. Suhu minimum terendah hingga pertengahan Juli adalah 16,6 derajat Celsius,” jelasnya.
Teguh pun mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan selama cuaca panas terik. Ia menyarankan agar masyarakat mencari tempat yang aman untuk berlindung dari teriknya matahari.
“Masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan pada cuaca panas terik sebaiknya berlindung di tempat yang aman. Peralihan suhu yang ekstrem dari panas di siang hari ke dingin di malam hari dapat berdampak pada kesehatan,” ujarnya.
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem Hantui Wilayah Indonesia Akibat La Nina
Dalam dua hari ke depan, lanjut Teguh, cuaca di Kota Bandung diperkirakan cerah hingga cerah berawan dengan suhu berkisar antara 17 hingga 29,8 derajat Celsius.
Selain itu, Teguh juga mengimbau masyarakat di wilayah selatan untuk mewaspadai gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai antara 2 hingga 3 meter.
“Suhu udara dingin pada malam, dini hari, dan pagi hari dalam beberapa hari ini merupakan fenomena yang umum terjadi ketika puncak musim kemarau pada Juli-Agustus,” kata Teguh.
Teguh mengingatkan, pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan selama menghadapi cuaca ekstrem di musim kemarau. Masyarakat diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan baik dan tetap waspada terhadap perubahan cuaca secara tiba-tiba.
“Dengan menjaga kewaspadaan dan mempersiapkan diri, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan cuaca di musim kemarau ini,” pungkasnya.
(Budis)