BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Benjang merupakan seni beladiri gulat tradisional yang berkembang di Jawa Barat, khususnya di Ujungberung, Kota Bandung. Benjang awalnya menjadi bagian dari ritual panen raya sekaligus hiburan bagi masyarakat.
Dilansir dari Ejurnal UIN Sunan Gunung Djati, pada awalnya seni benjang memiliki tujuan untuk upacara selamatan waktu panen serta ritual bagi sebagian masyarakat.
Namun, seiring berjalannya waktu, seni benjang memiliki perluasan fungsi menjadi sarana hiburan masyarakat seperti acara sunatan atau yang lainnya.
Perjalan Kesenian Benjang
Pada awalnya seni benjang merupakan permainan olahraga tradisional gulat atau gelut dalam bahasa Sunda. Kesenian ini biasa dimainkan setelah panen untuk mengungkapkan rasa syukur.
Seni benjang merupakan singkatan yang berasal dari Bahasa sunda yaitu sasamben budak bujang, yang berarti “arena para jejaka”. Penamaan tersebut karena mayoritas para pemainnya adalah bujang atau pemuda.
Dengan perubahan zaman dan teknologi, seni benjang mengalami perkembangan selain menjadi sarana olahraga, Benjang sekarang sering ditampilkan dengan seni pengiring yang lain.
Alat tetabuhan musik tradisional, nyanyian dan tarian termasuk ke dalam kesenian lain yang mengiringi seni benjang.
Seiring berjalannya waktu, benjang merupakan salah satu kesenian yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman.
Macam-macam Kesenian Benjang
Kesenian Benjang pada awalnya diadakan hampir selama 24 jam, terdiri atas tiga rangkaian kegiatan, yaitu Benjang Helaran, Benjang Gulat dan Topeng Benjang.
1.Bejang Helaran
Benjang Helaran merupakan salah satu acara kesenian yang menampilkan arak-arakan dengan diiringi oleh musik tradisional disertai tampilan kesenian lainnya seperti bangbarongan, kuda lumping, dan jampana.
2. Benjang Gulat
Benjang Gulat merupakan rangkaian Benjang yang dilakukan setelah Benjang Helaran dilaksanakan, permainan ini dimana para pria saling berdorong dorong, saling desak.
3. Topeng Benjang
Mengutip konten video Badan Riset dan Inoveasi Nasional (BRIN) Indonesia, topeng benjang merupakan salah satu jenis benjang yang merupakan gabungan dengan tarian.
Dalam pertunjukannya penari mengenakan topeng yang menggambarkan karakter dan cerita tertentu.
Namun, seiring berjalannya waku Kesenian Benjang sudah tidak dilaksanakan selama 24 jam, bahkan pada zaman sekarang tiga kegiatan tersebut cenderung digelar terpisah.
BACA JUGA
Lestarikan Seni Budaya Tradisi, Bupati Bandung Apresiasi Masyarakat Cileunyi
Ronggeng Gunung Pangandaran: Dari Ritual Sakral Menjadi Seni Pertunjukan yang Memikat
Vakumnya Kesenian Benjang
Pada masa Orde Baru, kesenian benjang sempat dilarang karena sempat diduga menjadi pemicu tawuran antar kelompok masyarakat di Ujungberung, Kota Bandung, pada era 70-an. Seni benjang yang berkembang sejak abad ke-19, kembali aktif pada awal tahun 2000-an.
Lebih dari 20 tahun akhirnya larangan itu dihapus, seiring berakhirnya masa Orde Baru. Hal ini membangunkan kembali semangat para pegiat seni benjang.
Pada awal 2000, kesenian benjang kembali diaktifkan dan menunjukan eksistensinya, terutama untuk benjang gulat.
Seni benjang merupakan salah satu kesenian yang masih eksis sampai sekarang. Hal tersebut dapat dilihat dari acara rutin yang dilaksanakan, terutama pada hari Sabtu dan Minggu di wilayah Ujungberung.
Dengan banyaknya perubahan zaman terutama dalam teknologi, banyak pula kesenian-kesenian tradisional yang harus mengalami penyesuain-penyusaian baik itu secara fungsi atau bentuk kesenian tersebut.
Maka dari itu, dengan melestarikan dan memberikan informasi secara menyeluruh terkait senin benjang kepada masyarakat, terutama pada pemuda, sangatlah penting dilakukan.
(Magang UKRI- Andari/Aak)