JAKARTA,TM.ID: BDS Movement, singkatan dari Boycott, Divestment, dan Sanctions, telah menjadi bentuk konkret dukungan warga dunia untuk masyarakat Palestina. Gerakan ini mengusung aksi melalui media sosial, mengimbau warganet untuk tidak membeli produk atau mendukung perusahaan yang terafiliasi dengan Israel.
Melansir situs BDS Movement, Minggu, (12/11/2023), BDS Movement bukanlah fenomena baru. Gerakan ini pertama kali muncul pada tahun 2005, diinisiasi oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk serikat buruh, asosiasi akademis, dan organisasi yang bersuara untuk hak-hak masyarakat Palestina.
Bentuk Gerakan BDS
1. Boycott (Boikot)
Boikot dalam BDS Movement dilakukan dengan menolak mendukung lembaga dan produk yang terlibat dalam pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Israel di Palestina. Warganet di seluruh dunia diberikan seruan untuk tidak membeli atau mendukung produk yang terafiliasi dengan entitas yang terlibat.
2. Divestment (Penarikan Investasi)
Divestment adalah kampanye yang bertujuan mendesak bank dan lembaga akademis untuk menarik diri dari investasi ke Israel dan perusahaannya. Langkah ini diambil sebagai bentuk tekanan ekonomi terhadap entitas yang terlibat dalam konflik di Palestina.
3. Sanctions (Sanksi)
Sanksi adalah kampanye untuk menekan pemerintah agar mengakhiri perdagangan militer dan perjanjian perdagangan bebas dengan Israel. Kampanye ini juga ditujukan kepada PBB untuk menangguhkan keanggotaan Israel. Sanksi bertujuan memberikan tekanan politis agar tindakan penindasan terhadap Palestina segera dihentikan.
Melalui media sosial, BDS Movement terus menggema. Warganet secara aktif melakukan boikot terhadap produk dari perusahaan-perusahaan yang dianggap terlibat dalam pelanggaran HAM di Palestina. Sejumlah perusahaan besar seperti Starbucks, Disney+, Puma, Coca-cola, McDonalds, HP, Siemens, dan SodaStream menjadi target utama boikot.
BACA JUGA: MUI: Dukung Palestina Wajib, Beli Produk yang Dukung Agresi Israel Haram
Sebagai langkah baru, warga Amerika Serikat melakukan kampanye penarikan uang dari bank secara bersamaan sebagai bentuk tekanan ekonomi untuk mendorong gencatan senjata di Gaza. Kampanye ini menciptakan efek domino dengan potensi memberikan dampak ekonomi signifikan dan mempercepat perubahan politik.
BDS Movement mulai menunjukkan dampaknya pada beberapa perusahaan. Penurunan jumlah pelanggan, pengunjung, hingga penutupan beberapa franchise telah menjadi hasil nyata dari gerakan ini. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dihadapkan pada tekanan untuk mengubah kebijakan mereka terkait Palestina.
BDS Movement bukan hanya sebuah gerakan, tetapi juga simbol solidaritas global untuk melawan ketidakadilan. Dengan dukungan warga dunia melalui kampanye boikot, penarikan investasi, dan sanksi, gerakan ini terus memberikan dampak nyata. Palestina menjadi fokus perhatian, dan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Israel merasakan tekanan untuk bertanggung jawab secara sosial. Dengan kampanye yang semakin meluas, BDS Movement menjadi alat efektif untuk menciptakan perubahan yang lebih besar bagi masa depan yang adil dan damai.
(Budis)