BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Australia menghadapi ancaman serius dari invasi semut api yang semakin tak terkendali. Serangan serangga beracun ini tidak hanya membahayakan manusia, tetapi juga mengganggu kehidupan satwa liar dan berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Masalah ini semakin memburuk setelah hujan deras melanda wilayah Queensland Tenggara pada awal Maret 2025, yang merupakan dampak dari Siklon Alfred. Curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi yang ideal bagi perkembangan semut api, sehingga koloni mereka berkembang dengan cepat dan luas.
Australian Broadcasting Corporation (ABC) melaporkan, 60 orang telah mengalami luka akibat sengatan semut api dengan 23 orang di antaranya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Namun, manusia bukan satu-satunya korban. Hewan peliharaan dan ternak juga terkena dampak, termasuk seekor anak anjing yang ditemukan tewas di dalam sarang semut.
“Mereka muncul di mana-mana—di halaman rumah, teras, bahkan sampai masuk ke dalam peralatan seperti mesin pemotong rumput dan traktor,” ujar Scott Rider, seorang pekerja konstruksi yang tinggal di wilayah terdampak.
Keberadaan semut api bukanlah hal baru di Australia. Serangga ini pertama kali masuk ke negara tersebut melalui pelabuhan di Brisbane pada tahun 2001. Sejak saat itu, mereka menyebar ke berbagai wilayah, termasuk New South Wales dan area penting lainnya seperti Cekungan Murray-Darling.
Berdasarkan data dari Invasive Species Council, lebih dari 95% wilayah Australia memiliki risiko tinggi terhadap invasi semut api. Dalam skala global, Australia kini menyusul negara-negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan beberapa kawasan di Eropa yang telah lebih dulu menghadapi penyebaran spesies ini.
Dampak ekologisnya pun sangat mencemaskan. Di wilayah Queensland Tenggara, populasi satwa asli terancam mengalami penurunan drastis. Studi memperkirakan bahwa 38% mamalia lokal, 45% burung, 69% spesies reptil, dan bahkan 95% jenis katak berada dalam risiko tinggi akibat gangguan yang ditimbulkan oleh semut api.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan ini tidak kalah besar. Para ahli memperkirakan bahwa invasi semut api dapat merugikan Australia hingga A$2 miliar per tahun jika tidak dikendalikan secara efektif.
Pemerintah Australia telah meningkatkan pendanaan untuk upaya pemberantasan. Tambahan anggaran sebesar A$24 juta disiapkan, melengkapi anggaran sebelumnya sebesar A$61 juta. Dana ini digunakan untuk strategi pengendalian, seperti penyebaran umpan beracun dan penyemprotan dari udara. Upaya tersebut sejauh ini berhasil mengurangi kepadatan koloni hingga 80% di beberapa area.
Baca Juga:
Respon Tarif Trump, Bahlil akan Tingkatkan Impor Minyak dan LPG dari Amerika
Sindikat Penipuan Fake BTS Terbongkar, Dua WNA China Ditangkap
Namun, warga masih merasa langkah pemerintah belum cukup memadai. Banyak dari mereka yang mengeluhkan kurangnya dukungan di lapangan.
“Kami hanya mendapat kiriman umpan setelah melaporkan adanya serangan semut api. Tidak ada tindak lanjut atau bantuan dari tim khusus,” kata Kirsty McKenna, seorang warga yang bekerja sebagai penjaga kuda, melansir CNN, Jumat (11/4/2025).
Satuan Tugas Pemberantasan Semut Api terus berupaya membatasi penyebaran dengan membentuk perimeter perlindungan di area yang terdampak. Meskipun demikian, mereka mengakui bahwa ancaman ini masih jauh dari terkendali. Pemerintah meminta masyarakat tetap waspada dan melaporkan keberadaan koloni semut api sesegera mungkin agar penanganan dapat dilakukan secara cepat dan efektif.
Ancaman semut api ini menjadi pengingat serius tentang bahaya spesies invasif yang sering kali luput dari perhatian hingga dampaknya menjadi terlalu besar untuk dikendalikan. Penanggulangan jangka panjang memerlukan kerja sama antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat luas untuk melindungi ekosistem Australia yang unik dan rentan.
(Dist)