Site icon Teropong Media

Apa Itu Politik Uang dalam Pilkada? Simak Penjelasannya

Politik Uang

(Pixabay)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Politik uang merupakan salah satu bentuk pelanggaran dalam pemilihan. Tujuannya untuk menyuap atau memberikan uang kepada pihak tertentu agar menjalankan suatu tindakan tertentu.

Dalam Pilkada, calon atau tim kampanye tidak boleh menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara pemilihan dan/atau pemilih. Mereka yang terbukti melakukan pelanggaran politik uang akan dikenakan sanksi yang berat.

Apa itu Politik Uang?

Melansir situs Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), politik uang (money politic) adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang agar tidak menjalankan haknya untuk memilih atau agar menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.

Politik uang tujuannya untuk mempengaruhi hasil pemilihan dengan cara yang tidak etis dan melanggar hukum. Hal ini dapat berupa pemberian uang tunai, barang, atau janji-janji manis yang dapat menggoyahkan integritas pemilih dan penyelenggara pemilihan.

Sanksi Pemberi dan Penerima

Sanksi bagi yang melakukannya dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

Ketentuan Larangan Politik Uang

Pasal 73 UU Nomor 10 Tahun 2016

Ketentuan Sanksi Politik Uang

Pasal 187A UU Nomor 10 Tahun 2016

Dampak

Politik uang tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak integritas proses demokrasi dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemilihan. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari politik uang:

Merusak Demokrasi

Hal ini merusak demokrasi karena hasil pemilihan tidak mencerminkan kehendak rakyat secara murni, melainkan hasil manipulasi melalui uang.

Mengurangi Kepercayaan Publik

Ketika politik uang merajalela, masyarakat menjadi skeptis terhadap proses pemilihan dan penyelenggara pemilu. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya partisipasi pemilih.

Menghancurkan Integritas Pemilih

Pemilih yang menerima uang atau materi lainnya sebagai imbalan cenderung tidak memilih berdasarkan hati nurani dan penilaian yang objektif, tetapi berdasarkan keuntungan sesaat yang mereka terima.

BACA JUGA: Profil Perjalanan Politik Joe Biden yang Mundur dari Kandidat Capres!

Menghambat Reformasi Politik

Politik uang menghambat upaya reformasi politik dan menciptakan siklus korupsi yang sulit diatasi. Calon yang terpilih melalui politik uang mungkin lebih cenderung melakukan korupsi untuk mengembalikan biaya kampanye yang tinggi.

 

(Kaje/Budis)

Exit mobile version