BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Dominasi An Se Young di kancah bulu tangkis dunia bukan hanya mendongkrak prestasi Korea Selatan, tapi juga memicu gelombang perubahan besar dalam struktur ekonomi olahraga tersebut.
Di tengah prestasi luar biasa yang diraihnya dalam dua tahun terakhir, bintang tunggal putri nomor satu dunia ini telah memicu revolusi komersial yang bisa mengubah wajah bulu tangkis untuk selamanya.
Setelah mengoleksi 10 gelar besar pada 2023 dan meraih emas Olimpiade Paris 2024, nama An Se Young melesat tidak hanya sebagai atlet unggulan, tetapi juga sebagai brand ambassador potensial dengan daya tarik global.
Kini, An berada di pusat persaingan sponsorship bernilai tinggi, dengan dua raksasa perlengkapan bulu tangkis Li-Ning dan Yonex, berlomba menawarkan kontrak pribadi terbesar dalam sejarah bulu tangkis Korea Selatan. Nilainya? Mencapai $10 juta USD (sekitar 160 miliar rupiah) untuk empat tahun.
Perubahan besar ini tak lepas dari keputusan Asosiasi Bulu Tangkis Korea pada Mei 2025 yang mulai memperbolehkan atlet menandatangani kontrak pribadi untuk perlengkapan seperti raket, sepatu, dan penyangga.
Langkah ini diambil setelah audit menyeluruh oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata sebuah respons terhadap kritik An Se Young tentang buruknya manajemen tim nasional usai Olimpiade.
Hasilnya, atlet kini memiliki kedaulatan komersial atas tubuh dan performa mereka sendiri.
Persaingan antara Li-Ning dan Yonex bukan sekadar soal peralatan. Ini adalah cerminan tren global, atlet elite kini tidak lagi hanya mewakili negara, tapi juga merek dan nilai komersial yang menjadikan mereka seperti entitas bisnis independen.
Baca Juga:
Buntut Kritik An Se Young, Kementerian Korsel Investigasi Asosiasi Bulu Tangkis Korea
Li-Ning lebih agresif dengan tawaran awal senilai $10 juta USD.
Yonex, yang awalnya tertinggal, dikabarkan bersedia menyamai tawaran dan mengirim delegasi khusus dari Jepang.
Tak hanya An, rekan setimnya di Samsung Life Seo Seung Jae dan Kim Won Ho juga dilirik dengan nilai kontrak yang tak kalah fantastis.
Sementara sebagian pihak memandang fenomena ini sebagai langkah progresif, muncul pula kekhawatiran bahwa bulu tangkis berisiko menjadi “olahraga bertabur uang” yang memperlebar kesenjangan antara bintang top dan pemain pelapis.
Namun di sisi lain, perubahan ini membuka jalan bagi atlet untuk:
– Menuntut kualitas produk sesuai preferensi pribadi.
– Memaksimalkan potensi pendapatan selama masa emas karier mereka.
– Menjadi pelaku utama dalam membentuk arah perkembangan olahraga.
Satu detail kecil yang bisa menentukan arah keputusan An, yaitu kenyamanan. Ia sempat menyebut sepatu Yonex tidak cocok untuknya, sebuah isu yang tampaknya kecil namun krusial bagi atlet berlevel elite.
Apapun keputusan An Se Young memilih Li-Ning atau tetap bersama Yonex dampaknya akan melampaui dirinya sendiri. Ia telah menjadi simbol pergeseran kekuasaan dari federasi dan sponsor menuju atlet.
(Budis).