Site icon Teropong Media

Ahmad Dhani Beri Wejangan Tajam ke Fadli Zon soal Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani ()instagram/@ahmaddhaniofficial)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Musisi sekaligus pentolan Dewa 19, Ahmad Dhani, kembali menjadi sorotan usai mengunggah surat terbuka yang ditujukan langsung kepada Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon.

Dalam unggahan yang di-posting di akun Instagram pribadinya, Dhani menyampaikan unek-unek soal isu penulisan ulang sejarah Indonesia yang tengah ramai dibicarakan.

Tanpa basa-basi, Dhani menyoroti tiga poin penting yang menurutnya wajib diperhatikan dalam menulis ulang sejarah bangsa. Ia dengan tegas meminta agar sejarah Indonesia ditulis berdasarkan sumber-sumber yang kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Untuk Fadli Zon. Tulis sejarah berdasarkan dokumen (dari instansi kredibel), artefak, dan media cetak nasional (bukan dari YouTube, blog, Twitter, IG, TikTok, dan bukan dari media gosip),” tulis Dhani dikutip, Jumat (4/7/2025).

Baca Juga:

Mulan Jameela Cemburu gegara Celetukan Ahmad Dhani di Backstage!

Dul Jaelani Kaget Lagu ‘Kirana’ Adalah Ciptaan Ahmad Dhani

Pesan Ahmad Dhani

Pesan bernada tegas itu seolah jadi pengingat keras bahwa penulisan sejarah tidak bisa hanya mengandalkan sumber-sumber yang belum terverifikasi, apalagi yang bersifat opini atau gosip.

Dalam narasinya, Dhani menekankan bahwa sejarah harus ditulis tanpa melibatkan perasaan pribadi ataupun sentimen tertentu. Ia menolak keras jika sejarah dibangun hanya berdasarkan “katanya”, “konon”, atau sekadar opini sepihak.

Suami dari Mulan Jameela ini juga tak lupa mengingatkan bahwa Kementerian Kebudayaan punya tanggung jawab moral untuk memastikan sejarah bangsa tetap jernih dan apa adanya. Ia menyebut penulisan ulang sejarah yang tidak hati-hati bisa memicu kesalahpahaman publik. Apalagi di tengah masyarakat yang ia sebut masih kesulitan dalam memahami bacaan yang kompleks.

“Negara punya kewajiban mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu diingat rata-rata IQ 78 sulit membaca kata, kalimat, dan diksi,” lanjutnya.

Pernyataan Dhani ini langsung mengundang perhatian netizen. Tak sedikit yang mengapresiasi keberaniannya berbicara gamblang soal isu yang dinilai sensitif ini. Dalam caption yang ia tulis, Dhani bahkan menegaskan ulang prinsip yang menurutnya tak boleh dilupakan dalam menulis sejarah.

“Nulis sejarah tidak boleh menggunakan perasaan dan sentimen,” tegasnya.

Isu penulisan ulang sejarah ini memang sempat menjadi kontroversi di berbagai lapisan masyarakat. Banyak pihak khawatir proses tersebut malah “memutihkan” kesalahan-kesalahan bangsa di masa lalu, seperti tragedi Mei 1998 yang tak boleh dilupakan begitu saja. Sejarah yang terlalu manis, menurut para pengamat, justru bisa menghilangkan pelajaran penting yang harus diwariskan ke generasi mendatang.

(Hafidah Rismayanti/_Usk)

Exit mobile version