5 Tokoh Penting Jurnalistik Indonesia

tokoh penting jurnalistik
(Web)

Bagikan

BANDUNG. TM.ID Pada 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional. Sejak tahun 1985 hari Pers bertepatan dengan ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia. Pers merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara untuk mengamalkan nilai Pancasila yang luhur.

Ada berbagai tokoh penting jurnalistik yang jejaknya sangat luar biasa di Tanah Air. Berikut merupakan beberapa tokoh jurnalistik yang sangat legendaris yang berjuang melalui suara pers dan juga memajukan industri jurnalistik yang ada di Indonesia.

1. Tirto Adhi Soerjo (1880-1918)

tokoh penting jurnalistik
(Web)

Tokoh penting jurnalistik yang pertama yaitu Tirto Adhi Soerjo yang merupakan seorang priyayi. Nama aslinya adalah Raden Mas Djokomono yang banting setir asalnya dokter menjadi jurnalis dan saat itu menulis surat kabar Hidia Olanda.

Tahun 1902 beliau menjadi editor di Pembrita Betawi dan menciptakan kolom yang isinya kritik pedas untuk kompeni yang zalim. Kemudian, dia mendirikan surat kabar pada Soenda tahun 1903. Dia lalu dibuang ke Pulau Bacan tahun 1904 sampai 1906 Tirto mendirikan Medan Prijaji di Bandung. Kabarnya surat kabar tersebut surat kabar pertama yang menggunakan bahasa Indonesia.

Tahun 1910 , Medan Prijaji pindah ke Batavia dan kemudian terbit harian. Kemudian Tirto meninggal pada tahun 1918 di Batavia. Berbagai tulisan Tirto kabarnya dianggap salah satu landasan pers modern Indonesia dan juga sebagai bahan bakar api semangat kemerdekaan.

2. Ernest Douwes Dekker (1879-1950)

tokoh penting jurnalistik
(Web)

Tokoh penting jurnalistik kedua adalah Ernest François Eugène Douwes Dekker yang lahir di Pasuruan Jawa Timur dan terjun di bidang jurnalistik saat sduah kembali dari Perang Boer pada tahun 1899 sampai 1902. Saat itu bekerja di surat kabar De locomotief. Kabarnya Ernest masih bersaudara dengan Max Haveelar.

Merupakan pendiri Indische Partij dan sangat kritis memproduksi tulisan, dia juga mengusahakan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Tulisan Ernest saat pindah ke surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad makin mengkritik kolonialisme sehingga dia diawasi oleh kompeni. Dia juga mengkritik pribumi.

Kabarnya Ernest sering sekali bolak-balik penjara dan juga pengadilan. Saat perang Dunia II pada tahun 1941 Ernest di asingkan ke Suriname karena dia berdarah Jerman. Lalu, pada 1947 Ernest kemabli ke Indonesia, dan mengganti namanya jadi Danudirja Setiabudi. Kemudian dia tutup usia pada tahun 1950.

3. Ki Hajar Dewantara (1889- 1959)

tokoh penting jurnalistik
(Web)

Tokoh penting jurnalistik berikutnya adalah Raden Mas Soewardi atau sering kita sebut dengan Ki Hajar Dewantara yang merupakan tokoh penting pendidikan Indonesia. Dahulu Ki Hajar Dewantara pernah menjadi jurnalis yang kritis untuk kemerdekaan Indonesia.

Surat kabar De Express pada tahun 1912 berdiri bersama Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. Mengecam Belanda yang merayakan kemerdekaannya dari Perancis dengan uang pribumi pada tahun 1913, beliau mengeluarkan tulisan “Seandainya Aku Seorang Belanda”

Akibat tulisannnya tersebut, Tiga Serangkai kemudian diasingkan oleh Belanda. Setelah pulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif di bidang pendidan. Lalu, beliau meninggal pada tahun 1959.

4. Abdul Moeis (1886-1959)

tokoh penting jurnalistik
(Web)

Tokoh berikutnya adalah Abdul Moeis yang berasa dari Sumatera Barat. Tidak jadi di bidang medis, Abdul malah memilih untuk menjadi jurnalis. Pada tahun 1912 beliau menjadi salah satu pendiri harian Kaoem Moeda. Melalui tulisan ini dia mengecam kezaliman pemerintah Belanda atas Indonesia. Kemudian dia diasingkan ke daerah Garut.

Abdul Moeis juga berkiprah di dunia kesusastraan melalui novelnya yang berjudul Salah Asuhan (1928). Kemudian, dia menghembuskan akhir hidupnya pada tahun 1959 di Bandung.

5. Tan Malaka (1897-1949)

tokoh penting jurnalistik
(Web)

Gelar nama aslinya adalah Datuk Sutan Malaka. Merupakan salah satu tokoh sejarah pers ini dulunya seorang guru. Dia menuliskan propaganda untuk kuli perkebunan teh di Sumatera Timur. Tan Malaka aktif menunjukkan kesenjangan antara kaum kapitalis dan pekeraja melalui tuisannya.

Pada tahun 1924 Tan Malaka menulis Naar de Republiek Indonesien yang saat itu dianggap menjadi fondasi Republik Indonesia. Kemudian dia wafat tahun 1949, dia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 1963.

Pahlawan tersebut merupakan tokoh penting dalam dunia Jurnalistik. Maka dari itu kita harus selalu menghormati jasa-jasanya. Tokoh tersebut patut dikenang dalam Hari Pers Nasional 2023 ini. Jaya Terus Pers Indonesia!

BACA JUGA: Para Selebritas Ungkap Harapan di Hari Pers Nasional 2023

(kaje)

 

 

 

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Rak Menjaga Buku
Inilah Alasan Kenapa Kamu Harus Punya Rak Buku!
Risiko suntik testosteron
Apakah Suntik Testosteron Memiliki Risiko Tinggi?
Liburan Akhir Tahun
Dave Hendrik Liburan Akhir Tahun di Korea Selatan
Hidangan khas natal
5 Hidangan Khas Natal di Indonesia, Mana Favoritmu?
Ekspor Gula Aren
LPEI Dorong Ekspor Gula Aren Banten Lewat Program Desa Devisa
Berita Lainnya

1

Anggota Komisi 2 DPRD Jabar Imbau Masyarakat Aware Terhadap Konsumsi Makanan dengan Kadar Gula Tinggi

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Hampir Mirip, Ini Perbedaan Gejala Herpes dan Gigitan Tomcat

4

25 Link Download Kartu Ucapan Natal dan Tahun Baru 2024, Bisa Langsung Digunakan

5

Gunung Mas Group (GMG) dan LKP Bina Ilmu Gelar Pelatihan Operator Dump Truck ke-2 yang Didukung Disnakertrans Malut
Headline
Material Longsor Menutup Jalan Cigaru
Material Longsor Menutup Jalan Cigaru, Akses Warga Kiara Dua - Bagbagan Sukabumi Terisolir
Remisi Khusus Natal 2024
15.807 Narapidana Terima Remisi Khusus Natal 2024
Kajari Kediri Lepaskan Tembakan Saat Dibuntuti OTK
Kajari Kediri Lepaskan Tembakan Saat Dibuntuti OTK, Begini Kronologinya
Empat Desa di Mamuju Terisolir Tertutup Material Longsor
Empat Desa di Mamuju Terisolir Tertutup Material Longsor

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.